Oleh Syaiful Hakim Jakarta (Antara) - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid, meminta Jepang agar meningkatkan kuota "careworker", terlebih Indonesia sudah begitu banyak memberikan kemudahan lalu lintas perdagangan barang dan jasa dari Jepang ke Indonesia. "Kalau bisa kuota 'careworker' ditambah, supaya impas antara kebebasan bea masuk barang Jepang, dengan pengiriman devisa careworker kita," kata Nusron dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin. Nusron dalam kunjungannya ke Japan International Corporation Welfare Employment and Labor (JICWEL), Senin, mengatakan, pengiriman 'careworker' dan perawat ke Jepang merupakan hasil kesepakatan 'economic partnership agreement' antara Pemerintah Indonesia dengan Jepang yang sudah berjalan selama 8 tahun. "Mereka (TKI) bekerja menjadi asisten perawat dan carewarker selama 3 tahun. Mereka menerima gaji antara 175.000 yen sampai 250.000 yen," kata Nusron. Mereka, lanjut Nusron, kemudian dikasih tiga kali kesempatan untuk ujian nasional bagi perawat (nurse), dan satu kali kesempatan bagi 'careworker'. Dari hasil ujian nasional itu hasilnya di luar dugaan, untuk 'careworker' ratio lulusannya 65,7 persen, padahal rasio 'careworker' Jepang rationya hanya 61,2 persen. "Namun untuk yang nurse belum bisa menyamai orang Jepang," ujarnya. Managing Director Japan International Corporation Welfare Employment and Labor (JICWEL) Takashi Tsunoda saat bertemu Kepala BNP2TKI Nusron Wahid mengatakan, dari survei yang mereka lakukan, 93 persen 'careworker' Indonesia dikenal rajin, ramah dan sangat memuaskan.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015