Nganjuk (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur, berkomitmen untuk menekan angka kematian ibu yang melahirkan serta angka kematian bayi saat dilahirkan, dengan terus mengadakan pendidikan maupun sosialisasi menjaga kehamilan sampai saat melahirkan. "Kami tekan angka (ibu yang melahirkan dan bayi yang dilahirkan) serendah-rendahnya dan kalau bisa nol," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Harsono, di Nganjuk, Kamis. Harsono yang ditemui dalam acara pencanangan SMS (pesan singkat) bunda dan sosialisasi program emas dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan bayi di gedung olahraga (GOR) Kabupaten Nganjuk, mengatakan sampai saat ini tingkat kematian masih saja terjadi. Pada 2014, angka kematian ibu yang melahirkan yang terdata di Dinas Kesehatan Provinsi Jatim sampai 93,59 per 100 ribu kelahiran hidup atau 567 kejadian, lebih sedikit jika dibandingkan pada 2013, dimana angka kematian ibu melahirkan sebesar 97,39 per 100 ribu kelahiran hidup atau 642 kasus. Sementara itu, bayi yang dilahirkan meninggal dunia rata-rata per tahun lebih dari 5.000 bayi. Hartono mengatakan banyak hal yang bisa memicu terjadinya kematian ibu ataupun bayi ini saat dilahirkan, seperti pernikahan dini, terlalu banyak anak, sampai telat mengambil keputusan. Pemerintah juga berupaya keras melakukan berbagai program guna menekan angka kematian yang terjadi pada ibu ataupun bayi yang dilahirkan ini. Secara jumlah, angka kematian tersebut masih besar di Jatim. Ia juga mengapresiasi program dari Pemkab Nganjuk dengan pencanangan SMS (pesan singkat) bunda dan sosialisasi program emas dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan bayi ini. Kegiatan ini perlu diapresiasi, sehingga harapan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu dan bayi bisa ditekan. Walaupun angka kematian ibu dan bayi di Jatim masih terjadi, Harsono mengatakan angka itu sudah melampaui dari MDGs (Millennium Development Goals). Angka kematian di Jatim itu juga masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan angka kematian ibu di provinsi lain, terutama wilayah timur. Ia berharap, pemerintah daerah serta masyarakat proaktif dalam program penurunan angka kematian ibu dan bayi ini. Pemerintah pun juga terus mengadakan sosialisasi pada masyarakat, dan meminta agar ibu yang hamil juga memeriksakan kondisi kesehatannya pada tenaga kesehatan yang sudah terlatih dan bukan pada dukun bayi. Pihaknya mengatakan, sampai saat ini dukun bayi memang masih ada, tapi mereka lebih dijadikan sebagai mitra yang tidak menangani secara langsung proses kelahiran bayi, tapi perawatan bayi setelah lahir. Sementara itu, Bupati Nganjuk Taufiqurrahman mengatakan pemerintah kabupaten memang menilai penting program penurunan angka kematian ibu dan bayi ini, sehingga membuat program ini. Dalam menjalankan program itu, ia meminta seluruh masyarakat terlibat. "Kami jalankan program ini secara terus menerus dan berharap angka kematian ibu dan bayi bisa ditekan," kata Taufiq. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015