Surabaya (Antara Jatim) - USAID-PRIORITAS (USAID untuk pola pembelajaran yang baik) Jawa Timur mengajari 120 peserta dari 20 sekolah mitra pada lima kabupaten/kota se-Jatim tentang strategi menumbuhkan minat baca dan menulis kepada para siswa. "Ada empat strategi membaca dan empat strategi menumbuhkan gairah menulis yang kami ajarkan kepada peserta," kata fasilitator literasi USAID-PRIORITAS Jatim, Dr Evi Fatimatur Rusydiyah MAg, di Surabaya, Jatim, Selasa. Di sela workshop "Good Practice Schools" (GPS) yang diikuti peserta dari Blitar, Madiun, Mojokerto, Pamekasan, dan Situbondo di Surabaya pada 13-15 April itu, ia menjelaskan empat strategi membaca adalah modelling, baca terbimbing, baca bersama, dan baca pemahaman. "Modelling adalah pengenalan kata atau huruf bagi anak yang belum bisa membaca sama sekali, misalnya mengucapkan kata AKU dan menunjukkan tulisannya," kata dosen dari LPTK Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya itu. Untuk "baca terbimbing" adalah mengajak siswa yang sudah bisa membaca tapi kurang lancar dengan menunjukkan cara membaca dengan menggunakan media ajar seperti "big book" atau "mini book" (bahan bacaan yang dibuat sendiri). "Untuk 'baca bersama' adalah mengajak siswa yang sudah lancar membaca dengan memberikan bacaan sambil mengajak berdialog tentang bacaan itu, sedang 'baca pemahaman' itu bukan mengajak berdialog tapi melontarkan pertanyaan tentang kesimpulan, dugaan, prediksi," katanya. Selain strategi membaca itu, pihaknya juga mengajarkan empat strategi untuk menumbuhkan gairah menulis yakni DEAR (drop everything and read), show and tell, menulis diary, dan membuat "big book". "DEAR itu merangsang minat baca dengan memberinya bacaan ringan seperti cerpen, sedangkan show and tell itu meminta anak membawa barang yang disukai dari rumah atau memilih barang yang disukai di sekolah, lalu anak diminta menceritakan barang itu dan anak lain bertanya. Cara ini akan menumbuhkan kepercayaan diri," katanya. Pengalaman Keseharian Untuk "diary" adalah meminta anak untuk menceritakan pengalaman keseharian pada minggu lalu, kata Evi, misalnya pengalaman ke rumah nenek bagi anak desa atau pengalaman ke mal bagi anak kota. "Tapi, cerita itu harus ditulis dan diberi visualisasi," katanya. Untuk "big book" adalah membuat media ajar sendiri tentang pengalaman anak secara tematik dalam bentuk buku yang mengandung tulisan dan visualisasi. "Dalam penelitian kami, cara ini membuat cara berkomunikasi dan cara menulis anak lebih bagus dan anak lebih percaya diri," katanya. Dalam workshop yang diikuti kepala sekolah, pengawas, dan guru dari SD/MI dan SMP/MTs, serta dinas pendidikan dan kementerian agama dari lima kabupaten/kota itu, fasilitator nasional USAID-PRIORITAS dari LPTK Unesa Dr Erman MPd memaparkan pentingnya pembelajaran saintifik. "Para guru umumnya sangat tekstual, padahal cara itu tidak menarik, apalagi anak didik saat ini sudah sangat canggih, karena itu pembelajaran dengan pendekatan saintifik itu lebih menarik, karena mendekatkan anak dengan kontekstual atau masalah keseharian," katanya. Misalnya, materi pengukuran dalam Fisika itu tidak akan menarik kalau sama dengan buku. "Anak bisa diajari tentang pengukuran dengan jengkal jari yang setiap orang bisa berbeda dan hal itu akan bermasalah bila dikaitkan dengan harga tanah. Jadi, alat ukur bisa seadanya," katanya. Atau, pembelajaran tentang tarian tradisional. "Kalau dalam buku ada contoh tentang Tari Aceh ya jangan diajari cara menari Tari Aceh, padahal anak didik tinggal di Jombang. Guru bisa menggali tarian khas Jombang. Itu akan menarik anak didik, bahkan bisa cari di internet," katanya. Secara terpisah, peserta workshop dari Pamekasan, Edi Purnomo, mengatakan dirinya mendapatkan banyak pengalaman tentang literasi dan pendekatan saintifik yang pas dan langsung bisa dipraktikkan. "Sebagai kepala sekolah, saya akan menerapkan apa yang saya dapatkan di sekolah kami, apalagi saya ikut workshop ini bersama tiga guru kami, sehingga saya yakin akan bisa menerapkan di sekolah," kata Kepala MIN Konang, Pamekasan itu. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015