Oleh Juwita Trisna Rahayu Jakarta (Antara) - Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia (ALZI) DY Suharya memperingatkan masyarakat bahwa galau bisa menyebabkan sakit yang diawali dengan kepikunan, yakni alzheimer. "Pokoknya stop galau, sedih, depresi, karena alzheimer ini penyakit yang benar-benar mental," katanya dalam diskusi bertajuk "Pentingnya Mengetahui" di Jakarta, Selasa. Suharnya mengatakan efek dari galau itu sendiri tidak terjadi serta-merta, tetapi akan sangat terasa di hari tua. "Kalau yang sekarang, ketika saat muda sering galau, sedih, sakit hati itu akan terasa banget saat tua," katanya. Dia menuturkan salah satu penyebab dari alzheimer, yakni kepercayaannya dirinya sangat kurang, tidak mau bersosialisasi dan menutup diri. "Merasa dirinya diacuhkan, dihina, tetapi pada kenyataannya tidak begitu," katanya. Suharya yang ibunya juga penderita alzheimer itu menuturkan sikap penderita seolah-olah kembali seperti bayi, karena itu perhatian keluarga sangat dibutuhkan. "Keluarganya yang harus paham dan sadar dan jangan bereaksi terlalu berlebihan karena sikap yang seperti itu," katanya. Dia mengatakan perhatian yang cukup dari orang-orang terdekat bisa memperpanjang usia hidup penderita daripada pengobatan medis. "Pengobatas medis itu hanya memperlambat efek alzheimernya," katanya. Suharya memaparkan alzheimer umumnya diketahui dari 10 gejala, di antaranya yang pertama gangguan daya ingat, yakni sering lupa akan kejadian yang baru saja terjadi, seperti lupa janji, menanyakan dan menceritakan hal yang sama berulang kali dan lupa tempat parkir. Kedua, dia mengatakan, sulit fokus dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti lupa cara memasak, mengoperasikan telepon atau telepon genggam, tidak dapat melakukan perhitungan sederhana dan bekerja dengan waktu yang lebih lama dari biasanya. Ketiga, sulit melakukan kegiatan yang familiar, seperti seringkali sulit merencanakan dan menyelesaikan tugas sehari-hari, bingung cara mengemudi dan sulit mengatur keuangan. Keempat, yakni disorientasi yang bisa diindikasikan dengan bingung akan waktu (hari/tanggal/hari penting), bingung dimana berada dan bagaimana mereka sampai di sana, tidak tahu jalan pulang kembali ke rumah. Kelima, kesulitan memahami visuopasial, artinya sulit membaca, mengukur dan menentukan jarak, membedakan warna, tidak mengenal wajah di cermin, menabrak cermin dan menuangkan air di gelas, namun tumpah. Keenam, gangguan berkomunikasi, seperti kesulitan berbicara dan mencari kata yang tepat dan seringkali berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkannya. Ketujuh, menaruh barang tidak pada tempatnya, misalnya lupa meletakkan sesuatu, bahkan kadang curiga ada yang mencuri atau menyembunyikan barang tersebut. Kedelapan, salah membuat keputusan yang bisa ditunjukkan dengan berpakaian tidak serasi, tidak dapat memperhitungkan pembayaran dan tidak dapat merawat diri dengan baik. Kesembilan, menarik diri dari pergaulan, yakni tidak memiliki semangat atau pun inisiatif untuk melakukan aktivitas dan hobi yang diminati dan tidak terlalu semangat untuk berkumpul dengan teman-temannya. Terakhir, yakni perubahan perilaku dan kepribadian, yakni emosi berubah secara drastis, menjadi bingung, curiga, depresi, takut atau tergantung yang berlebihan pada anggota keluarga, mudah kecewa dan putus asa baik di rumah maupun di pekerjaan. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014