Surabaya (Antara Jatim) - Proyek "Sustainable Consumption and Production (SCP) Switch-Asia Indonesia" bersama Kementerian Lingkungan Hidup telah melatih pemilik, manajemen puncak, dan manajer operasional pada sejumlah hotel berbintang di Jawa dan Bali untuk menerapkan manajemen ramah lingkungan. Team Leader SCP-Policy Support Indonesia, Dr Edzard Ruehe, dalam surat eletronik yang diterima Antara di Surabaya, Jumat, menyatakan pelatihan untuk pemilik dan manajemen puncak dari hotel berbintang itu telah dilakukan dalam dua jenis pelatihan pada setiap kota yakni Denpasar-Bali, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. "Kami melakukan pelatihan pertama tentang 'Manajemen Ramah Lingkungan' pada 4-7 Februari 2014 untuk keempat kota, lalu pelatihan kedua tentang 'Eco Hotel' pada 11-20 Maret 2014 untuk kota yang sama. Setelah itu, kami melanjutkan kedua jenis pelatihan itu untuk manajer operasional hotel," katanya. Menurut dia, penerapan manajemen ramah lingkungan di hotel itu tidak dilakukan untuk sekedar mengikuti trend agar disebut hotel yang peduli lingkungan, alias promosi pencitraan semata, karena ada banyak keuntungan yang langsung dapat dirasakan oleh hotel. "Lebih pentingnya lagi, tentu saja bagaimana kemudian hotel dapat mengelola keuntungan yang diperoleh dari hasil penerapan manajemen ramah lingkungan ini menjadi keuntungan yang juga dirasakan oleh konsumen, sehingga akan semakin banyak konsumen yang memilih hotel ramah lingkungan," katanya. Oleh karena itu, manajemen ramah lingkungan bukan hanya urusan kontribusi sosial pada penyelamatan lingkungan, namun manajemen ramah lingkungan yang modern juga memikirkan bagaimana penerapannya dapat secara langsung memberikan keuntungan bagi hotel, yaitu biaya operasional yang lebih efisien. "Hal ini tentu saja merupakan keuntungan yang sangat besar bagi hotel mengingat biaya operasional dan pemeliharaan hotel yang sangat signifikan. Keuntungan lainnya tentu saja dari segi image (citra) hotel, karena manajemen ramah lingkungan yang berhasil akan menciptakan persepsi yang positif di benak konsumen," katanya. Ia mencontohkan catatan di hotel-hotel berbintang yang berbunyi "Gantung Handuk Anda di Gantungan Handuk Bila Tidak ingin Kami Menggantinya. Dengan Mengurangi Pencucian, Anda telah Membantu Kami Melakukan Langkah Awal Penyelamatan Bumi". "Selain mengurangi pencucian, contoh lain adalah pengurangan listrik, bahan bakar, gas, air, sampah, barang dan bahan mentah untuk operasional, dan mengurangi risiko biaya sanksi (sesuai peraturan pemerintah) dan biaya finansial serta asuransi," katanya. Implementasi sistem ramah lingkungan mulai pada saat pembelian, yaitu memilih produk-produk yang lebih hemat energi, tidak menggunakan banyak kemasan sehingga mengurangi potensi sampah, membeli produk yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya, menggunakan teknologi pengurang air pada keran, serta membeli produk-produk bahan makanan lokal setempat. "Hotel juga dapat memanfaatkan teknologi yang lebih ramah lingkungan seperti pemanas air tenaga surya. Lebih jauh lagi, hotel juga dapat membuat perjanjian dengan perusahaan penyedia (supplier) yang menerapkan sistem tanggung jawab produsen (producer responsibility) dimana hotel dapat mengembalikan kemasan-kemasan produk sehingga tidak menjadi sampah di hotel," katanya. Langkah berikutnya adalah bagaimana menggunakan produk-produk dan jasa sehingga lebih ramah lingkungan, seperti bagaimana mengurangi penggunaan peralatan elektronik, air, bahan bakar dan gas. Terakhir, hotel harus memiliki sistem yang baik bagaimana mengelola sampah. "Yang jelas, manajemen ramah lingkungan itu penting bagi hotel, karena aktivitas usaha yang dilakukan hotel sangat berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca (Greenhouse Gas) yang merupakan penyebab perubahan iklim dan pemanasan global, seperti banyak energi, banyak sampah, banyak konsumsi air, dan sebagainya," katanya. Dalam proyek itu, SCP-KLH juga telah menyelesaikan sebuah buku panduan yang siap didistribusikan ke hotel-hotel sebagai panduan penerapan manajemen ramah lingkungan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014