Bojonegoro (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), mewaspadai kemungkinan banjir bandang di wilayah selatan yang disebabkan meluapnya Kali Pacal.
"Banjir bandang akibat meluapnya Kali Pacal bisa terjadi kalau terjadi hujan lebat di wilayah selatan, sebab daya tampung Waduk Pacal saat ini sudah penuh," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Senin.
Ia menyebutkan Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, ketinggian airnya pada papan duga saat ini maksimal mencapai 115,4 meter dengan kapasitas sekitar 23,4 juta meter kubik.
Bahkan, katanya, air Waduk Pacal terpaksa dibuang melalui saluran pelimpas masuk ke Kali Pacal dengan ketinggian di saluran pelimpas berkisar 70-80 centimeter .
"Air Waduk Pacal penuh sejak dua hari lalu, tetapi airnya tidak dikeluarkan melalui pintu pengeluaran, sebab tidak ada permintaan air dari petani di sepanjang daerah irigasinya," jelasnya.
Sesuai data, per 27 Februari lalu ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal mencapai 114,75 centimeter dengan kapasitas sekitar 21,666 juta meter kubik.
Namun, katanya, hujan yang terjadi di daerah tangkapan air Waduk Pacal dalam beberapa hari terakhir ini cukup lebat, sehingga mempercepat penuhnya daya tampung waduk.
Oleh karena itu, ia meminta warga di sepanjang aliran Kali Pacal di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu dan Kapas, juga Balen, mewaspadai kemungkinan banjir bandang yang disebabkan meluapnya Kali Pacal.
"Kalau sewaktu-waktu di daerah tangkapan air Waduk Pacal terjadi hujan lebat, maka air hujan akan langsung masuk Kali Pacal, sehingga bisa menimbulkan banjir bandang," ujarnya, menegaskan.
Waduk Pacal yang dibangun Belanda pada 1933 mampu menampung air hujan sebesar 42 juta meter kubik. Akibat faktor usia dan mengalami pendangkalan, daya tampung Waduk Pacal menyusut hanya tinggal 23 juta meter kubik dan mampu mengairi areal pertanian seluas lebih dari 16 ribu hektare.
UPT Bengawan Solo, memperkirakan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, akibat rusaknya daerah tangkapan air di wilayah setempat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014