Surabaya (Antara Jatim) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo berharap Kebun Binatang Surabaya (KBS) harus mempunyai lahan konservasi, khususnya untuk satwa yang baru lahir, sakit maupun yang usianya sudah tua. "Artinya, satwa yang baru lahir, sakit atau sudah tua, tidak dicampur menjadi satu di kebun binatang. Prinsip menyejahterakan binatang itu harus benar-benar difahami oleh pengelola," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Jumat. Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu juga meminta agar kematian seekor harimau putih berumur 17 tahun bernama Cantrika di kandangnya pada Kamis (6/2) malam, tidak perlu dibesar-besarkan. Hal ini karena kematian satwa koleksi KBS itu karena faktor usia. KBS, kata dia, tidak memiliki lahan konservasi, sehingga satwa yang sakit baru lahir dan tua tidak dipisahkan. Apalagi ditambah lingkungan yang kurang mendukung yang dinilai bisa mempercepat kematian satwa. "Seharusnya, kalau kandangnya sudah tidak muat karena over populasi maka harus dikurangi. Nah, disinilah fungsi adanya lahan konservasi. Kami harap pengelola segera memikirkan dan mendirikannya," kata orang nomor satu di lingkungan Pemprov Jatim tersebut. Menurut dia, di sebuah kebun binatang seharusnya ada dua tempat. Yakni, kebun binatangnya sendiri dan tempat konservasi. Kebetulan di Surabaya saat ini hanya berfungsi sebagai kebun binatang, sedangkan konservasinya belum ada. Sebenarnya, lanjut Pakde Karwo, rencana membuat tempat konservasi bagi KBS sudah pernah disampaikan ke publik. Yakni, sekitar tahun 1981, ketika Ketua Pengurus Pleno KBS dijabat Moh. Said dan saat Wali Kota Surabaya dijabat Bambang Dwi Hartono. "Zaman Pak Said mengusulkan tempat konservasi di daerah Pakal. Sementara zaman Pak Bambang DH berencana membuat di daerah Wonorejo. Nah, dengan kewenangan pengelolaan penuh sekarang ada di Pemkot Surabaya, sehingga rencana konservasi segera diwujudkan," katanya. Dengan demikian, jika misalnya ada satwa yang sakit keras maka dapat segera di bawa ke rumah sakit agar tidak menular. Sementara binatang dengan populasi yang cukup banyak, dikurangi agar tidak terlalu padat. Sementara itu, Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS pernah merilis dan menyatakan bahwa sebanyak 84 ekor satwa di kebun binatang di Jalan Setail itu perlu penanganan khusus. Dari jumlah itu, sebanyak 44 ekor mengalami sakit parah dan cacat, sehingga mereka harus dilokalisir untuk mendapat pengawasan serius. Sisanya, 40 ekor satwa usianya sudah tua. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014