Sejak akhir tahun 2012 hingga tiga bulan pertama tahun ini, sejumlah film karya anak bangsa mulai bermunculan di pasar perfilman Indonesia. Sebut saja, film "Habibie & Ainun" yang diputar pada bulan Desember 2012. Lalu, "Recto Verso" yang dikenalkan kepada masyarakat khususnya di Surabaya pada bulan Februari lalu dan "Hasduk Berpola" pada awal bulan ini. Kehadiran masing-masing film di tengah masyarakat Indonesia laksana air yang menghapus dahaga. Khususnya, para pecinta film nasional yang selama ini haus beragam film lokal berkualitas. Sutradara film "Recto Verso", Marcella Zalianty, mengaku, bangga dengan perkembangan industri film nasional pada masa kini. Apalagi, setiap film layar lebar yang sengaja disuguhkan kepada penonton di Tanah Air mampu dikemas dengan tema menarik dan diproduksi secara profesional. "Kehadiran berbagai film nasional itulah, bukti kebangkitan industri ini," ujarnya, saat ditemui pada pengenalan film "Recto Verso", di Surabaya. Bahkan, film-film tersebut bisa memperbaiki citra sejumlah pelaku industri film nasional yang sampai sekarang masih menggadaikan idealismenya demi kepuasan pasar. Padahal, ulas Marcella, genre film yang sengaja mengutamakan selera masyarakat hiburan kurang mengedukasi, cenderung menjual sensualitas, dan kadang mengobral hawa mistis semata. "Di sisi lain, kini bukan zamannya lagi penggemar film di Indonesia selalu dipaksa untuk menyukai karya tak berkualitas tersebut mengingat mereka semakin cerdas. Bahkan, selektif saat menonton," kata artis yang juga menjadi produser film "Recto Verso". Ia berharap, film karya sineas Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal tersebut karena didukung oleh ragam budaya lokal dan keindahan alam yang menyebar di penjuru Nusantara. Aspek itu merupakan potensi kearifan lokal yang luar biasa untuk bisa diangkat menjadi film layar lebar dan dikenalkan kepada masyarakat film nasional hingga internasional. "Meski pernah memerankan berbagai karakter di sejumlah film, saya lebih senang berada di balik layar. Termasuk dengan menjadi sutradara, banyak hal yang bisa dieksplorasi," katanya. Selain itu, ia lebih memiliki kebebasan dalam mengarahkan artis filmnya sehingga mereka mampu bermain dengan kualitas yang baik dan menjunjung tinggi profesionalisme. Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat, pihaknya dan teman artis lain juga tak segan bekerja sama dengan kalangan pengusaha di Indonesia. "Wujud kerja sama itu seperti mengadakan nonton bareng (nobar) film nasional sekaligus kampanye dan sosialisasi agar mereka bisa mencintai dan mendukung film asli Indonesia. Dengan demikian, pada masa mendatang bisa menjadi basis industri yang menyumbang kesejahteraan masyarakat," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013