Oleh Abdul Hakim (Surabaya) "Ya Allah, ambilah hadiah dari-Mu, Leukimia. Gantikan dengan Rahmat-Mu yang Agung. Hatiku bahagia, gembira, lega. Dapat kasih yang Maha Esa lagi Maha Penyayang". Itulah sepenggal puisi yang terucap dari bibir mungil Andre Irawan. Bocah umur 13 tahun warga Surabaya itu didiagnosa telah mengidap kanker darah (leukemia) sejak masih berusia lima tahun. Seolah tanpa beban, Andre membacakan puisi tersebut di hadapan para pejabat dan pegawai di Lingkup Pemkot Surabaya dalam peringatan HUT ke-21 Pelayanan Paliatif di Taman Paliatif, Jalan Soka Kota Surabaya, 20 Februari. Andre hanyalah satu di antara sekian ribu penderita kanker yang ada di Surabaya. Di usianya yang masih muda itu, ia harus menanggung beban penyakit tersebut. Namun, berkat mendapatkan pelayanan paliatif dari pemerintah kota, Andre tidak lagi merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan, dia berusaha melupakan sakit yang dideritanya tersebut. Dalam kesempatakan itu, Andre mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang telah peduli terhadap anak-anak penderita kanker. "Kini saya punya semangat untuk hidup dan memiliki impian sembuh dari penyakit ini," ujarnya. Pelayanan paliatif memang menjadi perhatian banyak pihak, mulai pemerintah pusat, rumah sakit, yayasan, hingga pemerintah daerah. Sejak pendeklarasian "Surabaya Bebas Nyeri Kanker" pada 2010, Pemkot Surabaya memberikan perhatian kepada para penderita kanker, salah satunya dengan menyediakan anggaran jamkesmas dan jamkesda. Paliatif sendiri memiliki arti umum jenis pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Secara teknis, paliatif dapat diimplementasikan dalam bentuk peminimalan rasa nyeri yang dirasakan penderita. Dengan demikian, sakit yang dialami pasien bisa direduksi sehingga memiliki semangat untuk hidup. "Kanker merupakan penyakit yang memiliki rasa sakit yang luar biasa, sehingga biasanya para penderita sampai tidak kuat menahan rasa sakit tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Surabaya dr. Esty Martiana Rachmi. Untuk itu, lanjut dia, tujuan dari adanya pelayanan paliatif di Surabaya ini adalah memberikan kehidupan normal kepada para penderita kanker tanpa harus merasakan sakit. Selama ini, kata Esty, pemkot terus meningkatkan fasilitas pelayanan paliatif, di antaranya "home care", pemberian makanan tambahan (PMT) paliatif, monitoring program paliatif di Puskesmas dan Rumah Sakit, pengobatan penderita paliatif, peningkatan pengetahuan paliatif (seminar, pelatihan) untuk kader, relawan dan petugas kesehatan serta sosialisasi SBNK (Surabaya Bebas Nyeri Kanker) ke 160 kelurahan. Dia menambahkan, dari 1.500 penderita kanker di Surabaya, sekitar 76 persen sudah diberikan pelayanan paliatif. Saat ini sudah ada 58 puskesmas dan 50 rumah sakit yang siap memberikan program pelayanan terpadu yang dilakukan secara holistik, baik biologis, psiko-sosial, kultural dan spiritual. Penghargaan Dalam kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendapatkan penghargaan dari Pusat Pengembangan Paliatif Bebas Nyeri (P3BN). Penghargaan diserahkan oleh Ketua P3BN dr. Urip Moertedjo, SpB kepada Kadinkes Esty yang mewakili Wali Kota Surabaya. Urip memberikan apresiasi kepada wali kota atas komitmen dalam membantu para penderita kanker di Surabaya. Menurutnya, dalam mewujudkan Surabaya Bebas Nyeri Kanker bukanlah perkara mudah. "Perlu koordinasi yang intens antara Dinkes Provinsi, Dinkes Kota, serta rumah sakit," katanya. Namun, lanjut dia, berkat kerja keras Pemkot Surabaya, pencapaian Surabaya kini sangat membanggakan. Buktinya, kota-kota lain berdatangan untuk belajar tentang pelayanan paliatif di Surabaya. Kepedulian pemkot, kata Urip, juga diwujudkan dalam pembangunan Taman Paliatif yang diresmikan pada 11 Februari 2012. Taman yang dahulu kurang terawat, saat itu disulap menjadi taman asri yang merepresentasi semangat paliatif. "Taman ini simbol atau tetenger semangat pelayanan paliatif. Seingat saya, hanya di Surabaya yang sampai membuat taman khusus paliatif. Terima kasih kepada Wali Kota Surabaya," ujarnya. Di sisi lain, RSUD Dr Soetomo Surabaya bakal membangun gedung baru lagi untuk pelayanan perawatan Paliatif karena gedung perawatan yang ada selama ini sudah tidak memadai. "Gedung itu akan dibangun di atas lahan sekitar 500 meter persegi di belakang gedung FOSA kompleks RSUD Dr Soetomo," kata Direktur Utama RSUD Dr Soetomo Dodo Anondo. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013