Meski Menteri Kesehatan Mafsiah Mboi memastikan jika sampai saat ini belum ada manusia yang terjangkit virus flu burung varian baru, tapi masyarakat diminta untuk tetap waspada karena virus H5N1 dan turunannya masih tetap menjadi ancaman bagi manusia. Dalam beberapa pekan terakhir ini, virus H5N1 tidak lagi menyerang ayam, tapi itik menjadi sasaran baru, bahkan sedikitnya sudah 11 daerah yang menjadi sentra itik secara bergelombang harus kehilangan ribuan ternak itiknya karena mati mendadak yang diduga telah diserang virus flu burung varian baru. Namun demikian, Menkes mengimbau masyarakat untuk tidak panik, meski harus tetap waspada karena belum diketahui apakah virus tersebut sudah bermutasi ke manusia atau belum. Bermutasi tidaknya virus flu burung ke tubuh manusia tetaplah menjadi ancaman, apalagi sudah banyak unggas yang mati mendadak secara bersamaan dalam beberapa pekan terakhir ini. Selain dilakukan pemusnahan itik dan pemberian vaksin flu burung, penganggaran dana dari APBN melalui mekanisme tanggap darurat yang diatur melalui peraturan perundang-undangan tetaplah penting. Anggaran tanggap darurat ini tidak hanya berlaku bagi bencana alam, tetapi juga penting untuk menghambat penyebaran penyakit, tak terkecuali wabah penyakit yang bisa terjadi sewaktu-waktu, seperti flu itik yang sebelumnya juga menyerang ayam. Dinamika kehidupan alamiah virus di lingkungan manusia dan hewan yang hidup secara bersama-sama terus berlanjut. Mau tidak mau para ahli Indonesia harus terus melakukan analisis filogenetik secara lengkap dari virus-virus berbagai varian yang terus bersirkulasi. Oleh karena itu, suatu kebutuhan sangat urgen bagi pemerintah dengan dana memadai untuk menjalankan surveilans berkelanjutan yang hasilnya diinformasikan secara luas lewat organisasi-organisasi bilateral atau internasional untuk kepentingan manajemen kontrol yang lebih baik terhadap penyebaran virus dan sekaligus evolusinya. Virus flu burung H5N1 varian 2.3.2 ternyata sangat ganas untuk itik. Sebelas provinsi dilaporkan sudah tertular dalam waktu enam bulan sejak kasus kematian massal itik di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, September 2012. Ahli Biomolekuler dari Universitas Airlangga Surabaya Dr drh CA Nidom MS kepada ANTARA di Surabaya (26/12) menegaskan bahwa Tim Peneliti Flu Burung Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menemukan vaksin antivirus Flu Burung untuk hewan, termasuk itik, ayam, dan unggas lainnya. "Pemerintah jangan meremehkan itik, karena tingginya tingkat keberbahayaan itik dalam virus Flu Burung akibat penyebaran lewat media air," kata Ketua Pusat Riset Flu Burung Unair itu. Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita semua, apakah wabah kali ini hanyalah episode lanjutan dari krisis flu burung sebelumnya, ataukah sebagai episode baru dengan virus baru yang mengharuskan semua pihak khususnya instansi berwenang mulai dari pusat hingga daerah untuk lebih tanggap dan sipag dalam menangani dan mengatasi flu burung. Virus flu burung dengan varian 2.3.2 yang ditemukan di Indonesia bisa jadi karena penataan ulang gen virus baik intra maupun inter varian atau diintroduksi dari luar Indonesia lewat impor unggas hidup atau migrasi burung liar. Untuk menghambat penyebaran virus flu burung yang saat ini mengancam populasi itik itu, sejumlah daerah yang terserang sudah melakukan berbagai antisipasi, salah satunya menyuntikkan vaksin H5N1 ke itik. Bahkan, di Kabupaten Malang droping vaksin H5N1 di sentra-sentra peternakan itik, seperti Kecamatan Pakis, Singosari, Pakisaji, dan Tumpang itu sebanyak 100 ribu lebih. Hanya saja, sudah cukupkah penganggulangan flu itik itu hanya dengan menyuntikkan vaksin tanpa ada tindakan lebih lanjut dan kongkret dari pemerintah agar virus itu tidak menyebar secara luas dan bermutasi ke tubuh manusia? Tentu tidak cukup. Upaya berkelanjutan dan bersinergi dengan berbagai pihak, tak terkecuali dengan peternak tentu harus dilakukan, disamping memnag harus ada anggaran khusus penanganan penyakit, termasuk flu burung yang sempat menghilang dan kini muncul kembali lewat itik. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013