Bojonegoro - Sejumlah petani di Bojonegoro, Jawa Timur, kesulitan memperoleh pupuk di daerahnya, pada musim tanam tahun ini, sehingga terpaksa membeli pupuk ke luar daerah untuk bisa memupuk tanaman padinya. Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti, Jumat, tidak membantah kemungkinan ada petani di wilayahnya yang kesulitan memperoleh pupuk, baik urea, SP 36, maupun pupuk lainnya. Hanya saja, menurut dia, kesulitan pupuk yang dialami petani itu, karena kebutuhan pupuknya, melampaui dari usulan awal, yang sudah masuk di dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). "Saya kira petani itu sudah memperoleh jatah alokasi pupuk, tapi permintaannya berlebih," ucapnya. Ia membandingkan, daya serap pupuk para petani di wilayahnya, pada musim tanam tahun lalu, tidak bisa mencapai 100 persen, dari alokasi kuota berbagai macam jenis pupuk. "Karena jatah berbagai macam jenis pupuk tidak bisa terserap 100 persen, maka alokasi kuota pupuk Bojonegoro tahun ini, tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, bahkan dikurangi," jelasnya. Ia mencontohkan, kuota pupuk urea tahun lalu 60 ribu ton, tapi tahun ini hanya 59 ribu ton, sebab tahun lalu jatah pupuk Urea hanya bisa terserap 54,274 ribu ton lebih (90 persen). Begitu pula, lanjutnya, pupuk ZA 15.490 ton, terealisasi 15.094 ton (97 persen), NPK 38.660 ton, realisasi 34.254 ton (89 persen) dan Organik 21.280 ton, realisasi 15.497 ton (73 persen). "Hanya pupuk SP 36 yang realisasinya mencapai 34.254 ton (103 persen) dari jatah 38.660 ton," jelasnya. Mengenai tidak terserapnya kuota pupuk itu, ia menyatakan, pihaknya menyalurkan bantuan peralatan untuk membuat pupuk Organik kepada para petani, sehingga ada sebagian petani yang beralih tidak memanfaatkan pupuk kimia. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013