Surabaya - Maskapai penerbangan Mandala Airlines memfokuskan usahanya di pasar "low cost carrier (LCC) dengan penambahan armada guna meningkatkan layanannya pada tahun 2013. "Kalau dulu menerapkan 'full service', kini di bawah kepemimpinan manajemen baru kami siap bersaing dengan perusahaan penerbangan lain yang juga membidik pasar 'LCC'," kata Direktur Komersial Mandala Airlines, Brata Rafly, ditemui usai pengenalan "ANZ Travel Card" bersama Mandala Airlines, di Surabaya, Rabu. Menurut dia, upaya membidik pasar penerbangan "LCC" di Indonesia karena saat ini masyarakat kelas menengah kian berkembang meskipun krisis ekonomi dan keuangan masih melanda Amerika Serikat-Eropa. "Tapi, bagi kalangan tersebut dampak krisis ekonomi global tidak berpengaruh," ujarnya. Walau maskapainya membidik pasar "LCC" di Indonesia, ia mengemukakan, faktor keselamatan dan kenyamanan penumpang adalah hal terpenting. "Di samping itu, ketepatan waktu penerbangan 'OTP' kami juga terjaga dengan baik atau di posisi 90 persen sehingga meminimalkan 'delay'," katanya. Di sisi lain, jelas dia, upayanya membidik pasar Jatim sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Jawa Timur tentang peningkatan kunjungan wisatawan asing maupun domestik ke provinsi ini. Kondisi itu tampak dari arus keluar dan masuk melalui Bandara Internasional Juanda yang tumbuh 6,34 persen dibandingkan tahun 2011. "Situasi tersebut membuat kami optimistis bahwa pasar penerbangan Jatim khususnya Surabaya sangat menjanjikan," katanya. Oleh karena itu, tambah dia, dalam waktu dekat siap mendatangkan satu unit pesawat baru dari Abu Dhabi. Armada tersebut sengaja dipesan untuk melayani masyarakat penerbangan dari dan ke Surabaya. "Besarnya potensi pasar Surabaya membuat kami mampu membuka empat rute baru dalam satu bulan yakni Jakarta-Surabaya, Surabaya-Kuala Lumpur, Singapura-Surabaya, dan Surabaya-Denpasar," katanya. Mengenai penambahan armadanya, ia melanjutkan, maskapai tersebut akan meningkatkan jumlahnya menjadi 15 unit pada tahun 2013. Kalau sampai akhir tahun 2012 hanya ada lima pesawat yang operasional di Tanah Air. "Untuk investasi yang disiapkan, secara total belum dikalkulasi. Tapi, setiap pesawat membutuhkan dana sekitar 50 juta dolar AS," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012