Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, memberikan pendampingan khusus kepada santri Pondok Pesantren Asy Syarifi Pandanwangi Tempeh, Dewangga Eza Naufal Al Yusen yang menjadi korban minum cairan zat berbahaya beberapa waktu lalu.
"Pendampingan tidak hanya berupa bantuan biaya medis, tetapi juga memastikan keberlanjutan perawatan hingga tahap kontrol di rumah sakit rujukan," kata Bupati Lumajang Indah Amperawati dalam keterangan tertulis di kabupaten setempat, Rabu.
Menurutnya, Dewangga dijadwalkan kontrol lanjutan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya pada 6 Oktober 2025, sehingga pemkab hadir bukan hanya sekali, tetapi terus mendampingi proses pengobatannya.
Kondisi korban yang hingga kini hanya bisa bertahan hidup dengan susu medis khusus senilai hampir Rp900 ribu per hari membutuhkan perhatian serius, kata dia, sehingga Pemkab bersama Baznas Lumajang telah mengambil peran aktif dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
"Obat harian dan kebutuhan susu medis yang cukup mahal sudah ditanggung. Kami juga mendorong solidaritas masyarakat untuk ikut membantu langsung melalui orang tua korban," tuturnya.
Selain dukungan kesehatan, pihaknya menyiapkan skema bantuan sosial agar keluarga yang hidup sederhana tetap dapat bertahan.
"Pendampingan khusus yang diberikan Pemkab Lumajang diharapkan dapat meringankan beban keluarga, sekaligus memberi harapan baru bagi Dewangga untuk pulih dan kembali beraktivitas seperti sedia kala," katanya.
Pemkab Lumajang, lanjutnya, membuka ruang kolaborasi bagi seluruh elemen masyarakat.
Bupati Indah mengatakan peristiwa yang menimpa Dewangga menjadi cermin penting perlunya edukasi dan pengawasan sejak dini.
"Kasus itu harus dipandang sebagai pelajaran kolektif. Itu bukan sekadar musibah, tapi pengingat bagi kita semua agar anak-anak perlu mendapatkan pembekalan tentang bahaya minuman keras dan zat kimia sejak kecil. Jika dibarengi pengawasan yang konsisten, Insya Allah hal seperti itu bisa dicegah," ujarnya.
Berdasarkan keterangan keluarga, Dewangga mengalami kerusakan organ pencernaan setelah tidak sengaja meminum es yang dicampur cairan HCl, asam kuat yang berbahaya. Dari tiga santri yang terdampak, Dewangga mengalami kondisi paling berat dan hingga kini hanya bisa mengonsumsi susu medis khusus.
Ia menjelaskan literasi kesehatan dan keamanan perlu diajarkan sejak dini, tidak hanya di sekolah formal, tetapi juga di rumah dan pesantren. Anak-anak harus dikenalkan dengan pengetahuan praktis tentang bahaya zat beracun, cara menjaga diri, serta pentingnya memilih pergaulan yang sehat.
"Orang tua, guru, dan pengasuh pondok punya tanggung jawab besar untuk menanamkan kesadaran. Anak-anak tidak cukup hanya diberi aturan, tapi perlu dijelaskan kenapa sesuatu berbahaya, agar mereka punya benteng diri," katanya.
Selain itu kasus tersebut menunjukkan arti kepedulian sosial. Dukungan dari warga, pengurus pondok, Baznas, dan para donatur telah membantu keluarga Dewangga dalam menghadapi kondisi sulit itu.
"Solidaritas sosial luar biasa, tapi pencegahan jauh lebih utama. Mari jadikan lingkungan rumah, sekolah, dan pesantren sebagai ruang edukasi yang melindungi anak-anak dari risiko berbahaya," ujarnya.
