Pesta olahraga empat tahunan PON XVIII di Riau pada 9-20 September 2012 sudah di depan mata. Seluruh kontingen dari 33 provinsi di Indonesia secara bertahap mulai berangkat menuju "Bumi Lancang Kuning". Tidak terkecuali rombongan kontingen Jawa Timur yang dilepas secara resmi keberangkatannya oleh Gubernur Soekarwo di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (1/9) malam. Kontingen Jatim pada PON 2012 berkekuatan sebanyak 574 orang atlet dan 205 ofisial dari 39 cabang olahraga. Dengan menggunakan pesawat carteran dari salah satu maskapai penerbangan nasional, rombongan kontingen diberangkatkan dalam lima kolter, masing-masing tanggal 1, 4, 5, 7, dan 9 September. Tekad besar diusung kontingen Jatim pada PON XVIII, yakni mempertahankan gelar juara umum yang empat tahun lalu direbut di Kalimantan Timur. Untuk mengamankan ambisi tersebut, KONI Jatim sudah menetapkan target minimal 133 medali emas dari 601 nomor pertandingan. Persiapan atlet Jatim menghadapi even besar ini sudah dilakukan setelah berakhirnya PON XVII/2008 di Kaltim, melalui program pemusatan latihan daerah jangka panjang. Program ini merupakan peninggalan mantan Ketua Umum KONI Jatim Imam Utomo Soeparno yang terbukti sukses. Empat tahun lalu, kontingen Jatim mampu mempecundangi DKI Jakarta, Jawa Barat dan tuan rumah Kaltim dalam pengumpulan medali emas. Mereka tidak menduga atlet-atlet Jatim begitu dominan di sebagian besar cabang olahraga. Pada PON kali ini, DKI Jakarta dan Jawa Barat tetap menjadi pesaing terkuat bagi Jatim dalam perebutan gelar juara umum. Kedua daerah itu sama-sama mencanangkan tekad menjadi yang terbaik di PON 2012. Namun, jangan lupakan Riau yang bisa menjadi sandungan. Seperti halnya Kaltim pada empat tahun lalu, tuan rumah Riau sudah pasti tidak ingin sekadar menjadi penyelenggara yang baik (kendati faktanya persiapan venue masih amburadul), mereka tentu juga ingin sukses dari sisi prestasi. Selain merekrut atlet-atlet potensial dari berbagai daerah, hal yang perlu diwaspadai dari Riau adalah faktor nonteknis. Tidak menutup kemungkinan tuan rumah menghalalkan segala cara untuk meraih medali. Belum lagi masalah kesiapan venue dan penginapan atlet yang amburadul akibat terhambatnya pengucuran dana setelah terkuaknya kasus suap proyek PON. Kondisi tersebut bisa jadi mengganggu konsentrasi para atlet. Sejak jauh hari, pengurus KONI Jatim sudah mengingatkan masalah nonteknis tersebut kepada seluruh atlet dan ofisial. Ini tidak lepas dari munculnya keputusan nyeleneh dari pengurus besar cabang olahraga maupun KONI Pusat, terutama soal pemangkasan nomor-nomor pertandingan yang menjadi andalan Jatim dan regulasi batasan umur. Panahan, selam, renang, dan karate adalah beberapa cabang olahraga andalan Jatim yang menjadi "korban" regulasi sepihak KONI Pusat dan pengurus besar cabang olahraga. Namun, upaya penggembosan itu tidak menyurutkan tekad kontingen Jatim untuk merebut juara umum. Bagi atlet-atlet Jatim, juara umum PON adalah harga mati sekaligus pertaruhan harga diri untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat provinsi ini. Selamat berjuang duta-duta olahraga terbaik Jatim!!!
Juara Umum dan Pertaruhan Harga Diri
Senin, 3 September 2012 6:32 WIB