Nelayan Prigi Kekurangan Pasokan Es Pengawet Ikan
Jumat, 31 Agustus 2012 22:03 WIB
Trenggalek - Nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, hingga saat ini kekurangan pasokan es batu untuk pendingin atau pengawet ikan hasil tangkapan.
Sudarminto (33), salah seorang pengusaha ikan asap di Pelabuhan Prigi mengungkapkan, dari total kebutuhan es sekitar 10 ribu balok, pabrik es milik Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Trenggalek hanya mampu memenuhi 20-30 persen saja.
Selebihnya, kata Sudarminto, nelayan ataupun pedagang ikan di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Prigi harus mengupayakan pasokan es dari luar Kecamatan Watulimo.
"Ketidakseimbangan antara produksi dengan ketersediaan es untuk pengawet menyebabkan banyak ikan hasil tangkapan nelayan yang membusuk," tuturnya.
Dampak lainnya, kualitas ikan-ikan yang baru diturunkan dari kapal nelayan, turun drastis.
Beberapa nelayan mengaku terpaksa mengobral ikan hasil tangkapan mereka dengan harga murah demi menghindari pembusukan ataupun penurunan kualitas lebih lanjut.
"Kalau tidak bisa dijual untuk olahan ikan segar, ya terpaksa ikan-ikan yang sudah rusak kami jual ke pabrik pengolahan tepung," ujar nelayan di Pantai Prigi, Suwanto.
Para nelayan tidak hanya mengeluhkan minim/terbatasnya ketersediaan es balok untuk pengawet dari pabrik milik PDAU setempat.
Mereka juga kerap uring-uringan dengan mahalnya harga es balok yang dipasok pedagang dari luar Kecamatan Watulimo.
Jika harga satu gelondong balok es dari pabrik es setempat biasa dijual Rp2.000, produk yang sama dari luar Watulimo yang dijual pedagang bisa mencapai kisaran Rp2.500-Rp3.000 per balok es.
Selisih per balok es memang tidak terlalu tinggi, namun karena setiap nelayan bisa membutuhkan 15-30 balok es, perbedaan harga itu menjadi sangat memberatkan.
Es batu dalam bentuk gelondongan biasa digunakan para nelayan untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan mereka sejak baru ditangkap atau dijaring di tengah laut.
Selanjutnya , saat perjalanan menuju pelabuhan, saat diturunkan ke TPI, hingga dikemas lagi untuk dikirim ke pabrik-pabrik pengolahan ikan yang ada di kota-kota industri seperti halnya Surabaya, Gresik, Sidoarjo ataupun daerah lain di luar Jatim. (*)