Surabaya (ANTARA) - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Republik Indonesia, Nusron Wahid mengajak mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) untuk siap menghadapi tantangan kepemimpinan masa depan melalui peningkatan agilitas, adaptabilitas, kreativitas, dan inovasi.
"Perubahan zaman berlangsung sangat cepat dan menuntut generasi muda, terutama mahasiswa, untuk menjadi agen perubahan dan pembangunan berkelanjutan," ujar Nusron saat memberikan kuliah pakar bertajuk "Agilitas, Adaptabilitas, Kreativitas, dan Inovasi: Tantangan Kepemimpinan Masa Depan" yang berlangsung di Kampus B Unusa, Surabaya, Senin.
Ia mengatakan transformasi di berbagai sektor seperti ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi masyarakat, khususnya dalam hal pemerataan manfaat dan kesiapan sumber daya manusia.
"Ke depan dibutuhkan banyak inovasi untuk mengikuti arus zaman, termasuk dalam pelayanan pertanahan yang diharapkan bisa bertransformasi ke arah digital agar memudahkan masyarakat," katanya.
Menurut dia, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, institusi pendidikan, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci dalam membangun ekosistem inovatif yang tanggap terhadap perubahan.
"Mahasiswa tidak hanya berperan sebagai peserta pendidikan tinggi, tetapi juga kekuatan intelektual bangsa yang memiliki tanggung jawab besar terhadap masa depan," ujarnya.
Nusron menegaskan kepemimpinan masa depan bukan sekadar kemampuan mengatur, melainkan kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan nilai baru, termasuk memiliki daya tahan (survivability) dalam berbagai tekanan, baik pada tingkat individu, organisasi, maupun bangsa.
Sementara itu, Rektor Unusa Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., mengapresiasi kehadiran Nusron Wahid dalam kuliah pakar tersebut.
“Kehadiran beliau membawa semangat baru bagi mahasiswa untuk memahami pentingnya kesiapan mental, intelektual, dan karakter dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks,” katanya.
Ia menambahkan generasi muda harus mampu beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan jati diri bangsa.
“Fleksibel terhadap perubahan itu penting, namun nilai-nilai moral dan budaya sebagai identitas bangsa harus tetap dijaga,” ujarnya.