Bojonegoro - Ketua Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Bojonegoro, Jatim, Abdul Wachid berpendapat, masuk perguruan tinggi (PT) bisa menjadi jalur "kekancan" (pertemanan), kalau hanya memanfaatkan nilai rapor dan nilai ujian nasional (UN). "Nilai rapor akan ditata sejak awal lewat jalur kekancan, baik dengan guru secara langsung maupun orang tua yang meminta bantuan guru," katanya, Kamis. Ia menjelaskan, Pemerintah yang akan mengubah kebijakan masuk perguruan tinggi (PT), berdasarkan nilai rapor dan nilai UN, kurang tepat, karena akan merugikan anak orang miskin untuk bisa melanjutkan sekolah. "Anak orang miskin sulit bisa menata nilai rapornya semasa di sekolah menengah, sebab jarang warga miskin memiliki jalur dengan kalangan pendidikan di wilayahnya masing-masing," katanya, menjelaskan. Bahkan, ia memberikan contoh, kedua anaknya semasa sekolah di pendidikan menengah, dari tahun ke tahun tidak pernah masuk rangking, tapi setiap UN bisa menduduki rangking, tidak hanya di sekolah, tapi tingkat kabupaten. Berangkat dari pengalaman itu, ia memperkirakan, di pendidikan menengah ada penataan nilai rapor yang sekarang ini masih berlangsung dengan tujuan dimanfaatkan masuk PT melalui jalur undangan. Karena itu, ia mengatakan, pola pelaksanaan masuk PT melalui jalur SNMPTN, termasuk melalui jalur bidik misi dengan komposisi 60 persen lebih tepat dan sehat. Sebab, lanjutnya, para pelajar baik dari keluarga mampu maupun anak warga miskin bisa beradu kemampuan untuk bisa masuk PT, melalui tes tulis. "Soal biaya pelaksanaan tes memang besar, tapi seIama ini peserta yang mengikut tes tertulis, juga membayar pelaksanaan tes," ujarnya. Ia menjelaskan, pihaknya mempersiapkan anak warga miskin yang menetap di berbagai panti asuhan di Jawa Timur, antara lain, Probolinggo, Blitar, Banyuwangi, Tuban, juga Bojonegoro, untuk mendapatkan bimbingan belajar masuk PT, sejak dua tahun terakhir. Para pelajar warga miskin itu, jelasnya, mendapatkan bimbingan belajar beberapa bulan dengan langsung mendatangkan instruktur dari dosen Universitas Airlangga. Hasilnya, tambahnya, pada tahun pertama, sebanyak enam pelajar diterima di program S1 PT di Jatim, enam pelajar masuk program D3. "Kalau tahun ini dari 19 pelajar dari warga miskin yang lolos masuk PT program S1 sebanyak delapan pelajar, sedangkan sisanya kami persiapkan mengikuti tes D3," jelasnya. (*).
Masuk PT Bisa Lewat Jalur "Kekancan"
Jumat, 20 Juli 2012 10:01 WIB
