Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur pada Jumat melakukan desinfeksi di seluruh area tambatan ternak sapi maupun kambing di kompleks Pasar Hewan Terpadu Sumbergempol, Tulungagung untuk mengantisipasi penyebaran wabah PMK (penyakit mulut dan kuku) di daerah itu.
Sterilisasi itu dilakukan hanya selang beberapa hari setelah Pasar Hewan Terpadu (PHT) Sumbergempol ditutup sementara dari semua aktivitas perdagangan hewan pascamerebaknya wabah PMK di Jawa Timur, termasuk di Tulungagung.
"Disinfektan sifatnya menekan dan memutus penyebaran virus," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tulungagung, Tutus Sumaryani, usai kegiatan sterilisasi.
Penyemprotan disinfektan akan dilakukan secara rutin setiap hari pasaran di semua pasar hewan.
Untuk pasar hewan yang dikelola desa, disinfeksi ditangani pemerintah desa atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdekat.
Tutus menambahkan, pihaknya masih menunggu distribusi vaksin PMK dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Biaya vaksinasi per ternak mencapai Rp27 ribu, dengan frekuensi ideal setiap enam bulan sekali.
Saat ini, populasi ternak rentan PMK di Tulungagung mencapai 170 ribu sapi dan 200 ribu kambing.
PMK di Tulungagung sejauh ini telah menjangkiti 86 ternak sapi, dengan mayoritas berasal dari luar kota dan belum divaksin.
"Ternak yang mati kebanyakan pedhet (anakan sapi), karena belum divaksin," jelas Tutus.
Meski demikian, PMK belum menyentuh wilayah sentra susu sapi, seperti Kecamatan Sendang dan Pagerwojo, yang telah melakukan vaksinasi secara mandiri.
Untuk menekan penyebaran, peternak diimbau menjaga kebersihan kandang dan tidak membeli ternak dari luar kota, terutama di musim hujan yang meningkatkan kelembapan, sehingga memicu pertumbuhan virus dan bakteri.
Ketua Komisi B DPRD Tulungagung, Widodo Prasetyo, turut memberikan solusi, seperti membatasi lalu lintas ternak dari dan ke luar kota.
Namun, langkah tersebut diakui sulit karena keberadaan jalur tikus yang kerap dimanfaatkan pedagang nakal.
"Selain itu, diperlukan pengobatan bagi ternak yang sakit, meski biayanya cukup besar karena harga obat PMK relatif mahal," ujar legislator dari Gerindra itu.