Dinkes Tulungagung Sebar Radiomedik Antisipasi Tomcat
Kamis, 22 Maret 2012 16:34 WIB
Tulungagung - Dinas Kesehatan Tulungagung aktif menyebarkan informasi kesehatan melalui sarana alat komunikasi radio ke seluruh puskesmas setempat demi mengantisipasi serangan "paederus fuscipes" atau serangga tomcat, seperti telah terjadi di Kota Surabaya, beberapa hari terakhir.
"Kami sudah menginstruksikan ke seluruh tenaga medis yang ada di tingkat-tingkat puskesmas agar siaga jika ada kejadian sejenis, seperti terjadi di Surabaya melalui radiomedik," kata kabid Pengendalian Masalah Kesehatan dan Masalah Lingkungngan (P2PL) Dinkes Tulungagung Trisnawati, Kamis.
Meski serangan serangga tomcat telah diidentifikasi menyerang ke sejumlah pemukiman di sekitar kota setempat, Trisnawati mengimbau masyarakat agar tidak panik.
Ia mengklaim, kasus serangan serangga tomcat ke pemukiman penduduk belum masuk kategori luar biasa.
Trisnawati bahkan mengklaim pihaknya belum mendapat laporan langsung dari masyarakat maupun petugas di puskesmas-puskesmas mengenai adanya korban yang terluka akibat terkena cairan berbisa dari tubuh binatang menyerupai kalajengking berukuran mini tersebut.
"Kalaupun nanti benar-benar terjadi dan persebaran kasusnya mengkhawatirkan, kami siap memberikan pengobatan masal ke para penderita secara gratis," tegasnya.
Dikatakan Trisnawati, wabah tomcat sebelumnya memang sempat mewabah di Kabupaten Tulungagung pada medio tahun 2004. Saat itu, wilayah persebaran serangga jenis predator bagi hama wereng serta ulat sawah tersebut sempat meluas di delapan desa dua kecamatan Kabupaten Tulungagung.
Total korban saat itu tercatat mencapai 340 orang, dari berbagai usia. Pemerintah Kabupaten Tulungagung melalui Dinas Kesehatan kemudian memberlakukan kasus tersebut sebagai kejadian luar biasa, sehingga dilakukan upaya penanggulangan menyeluruh untuk mencegah persebarluasan lebih lanjut hama tomcat karena dianggap sudah mengganggu keselamatan/kesehatan penduduk.
Upaya tersebut cukup berhasil setelah wilayah persebaran serangga berwarna merah hitam dan disebut-sebut memiliki kadar bisa 10 kali lipat dibanding bisa ular kobra bisa dilokalisasi.
Namun setelah hampir sepuluh tahun berlalu, serangan sejenis tampaknya kembali menggejala. Indikasi itu mencuat setelah ada beberapa warga di Desa Tunggulsari, Kecamatan Kedungwaru yang mengalami iritasi pada kulit akibat terkena cairan serangga tomcat.
"Hewan ini memang banyak tersebar di daerah sini karena memang ada habitatnya, ya seperti di tempat saya ini, karena lokasinya berdekatan dengan kebun tebu dan persawahan, seringkali serangga yang biasa disebut jlantir ini yang masuk ke dalam rumah," kata Adib Makarim, Ketua DPC PKB Trenggalek yang juga menjadi korban serangan tomcat.(*)