Bupati Pacitan: BBWS Harus Bangun Tanggul Grindulu
Rabu, 21 Maret 2012 19:05 WIB
Pacitan - Bupati Pacitan Indartato berharap agar Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo secepatnya membangun kembali tanggul Sungai Grindulu yang jebol di sekitar kawasan hilir supaya air tidak terus meluber dan membanjiri kawasan perkotaan.
"Seluruh masyarakat Pacitan, khususnya yang bermukim di wilayah kota, berharap agar pembangunan tanggul segera terwujud," ungkap Bupati Indartato saat dikonfirmasi wartawan terkait ancaman banjir di Lingkungan Barean, Kelurahan Ploso, Rabu.
Desakan agar tanggul di sepanjang kawasan hilir Sungai Grindulu direhabilitasi disampaikannya saat tim ahli dari BBWS Bengawan Solo datang meninjau lokasi tanggul yang jebol maupun abrasi yang terjadi.
Kedatangan tim itu untuk melihat kondisi terakhir aliran sungai. Sebelumnya, sekitar sepekan lalu, tim yang sama juga sudah datang ke Kabupaten Pacitan.
Namun, kepastian mengenai rencana perbaikan ataupun pembangunan kembali tanggul yang jebol sejauh ini belum dikonfirmasikan oleh pihak BBWS, baik melalui tim ahli maupun tim teknisnya, yang sudah dua kali turun meninjau ke Kabupaten Pacitan.
"Mungkin ini masih masalah administrasi. Selain mengusulkan ke pemerintah pusat agar segera tertangani, kami juga telah bekerja sama dengan masyarakat untuk bahu-membahu bagaimana menanggulangi tanggul itu secara darurat," kata Bupati.
Ia mengatakan bahwa untuk masalah pendanaan jika proyek pembangunan tanggul terealisasi akan menggunakan dua sumber dana, yakni melihat dari kemampuan APBD dan alokasi di APBN. Hanya saja Indartato juga tidak menyebutkan jumlah perkiraan anggaran tersebut.
Erosi yang terjadi di sepanjang bantaran Sungai Grindulu selama beberapa pekan terakhir memang semakin mengkhawatirkan karena mulai mengancam sejumlah kawasan pemukiman dan persawahan di sekitarnya, terutama di Lingkungan Barean, Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan.
Hal itu dipicu abrasi parah yang terjadi pada talud yang selama ini menjadi penghalang aliran sungai hingga radius belasan meter.
Kekhawatiran warga akhirnya terbukti setelah talud atau tanggul penahan aliran sungai terbesar di Kota Kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut jebol sehingga menyebabkan banjir di pusat kota.
Alur aliran sungai bahkan terlihat sudah bergeser hingga radius 50-an meter jalurnya semula sehingga mendekati lahan pertanian di sekitarnya. Tak hanya lahan pertanian, gerusan aliran sungai juga berpotensi mengancam pemukiman warga di Perumahan Asabri yang berpenghuni lebih dari 100 kepala keluarga (KK).
Meski kini jarak antara pemukiman dan titik gerusan masih sejauh 400 meter, tetapi sifat "meander" (berpindah-pindah) aliran sungai tetap mereka waspadai. Terlebih tebing sungai berupa tanah pasir mudah ambrol saat diterjang arus kuat.