Surabaya (ANTARA) - Media internal Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya yang menaungi informasi tiga satuan pendidikan, Warta 17 Agustus memantapkan posisi sebagai wadah kreativitas dan edukasi pemuda saat merayakan hari jadi ke-10 di kampus setempat.
Pada peringatan yang diadakan bertepatan Sumpah Pemuda itu, Warta 17 Agustus mengusung tema ‘Peran Media di Tangan Pemuda: Menyuarakan Perjuangan, Mendorong Kreativitas’.
Direktur DSI YPTA Surabaya Supangat, Ph.D., ITIL, COBIT, CLA, CISA, dalam keterangan yang diterima, di Surabaya, Selasa, menyoroti kontribusi Warta 17 Agustus sebagai platform informasi yang mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari SMPTAG Surabaya, SMATAG Surabaya hingga perguruan tinggi Untag Surabaya.
"Kami berharap Warta 17 Agustus terus menjadi sumber informasi yang mendukung dan menguatkan seluruh kegiatan pendidikan di lingkungan YPTA Surabaya serta berkontribusi bagi masyarakat yang lebih luas,” ujar Supangat.
Data Google Analytics terbaru menunjukkan bahwa situs Warta 17 Agustus (warta17agustus.com) telah menarik perhatian luas dengan total 79.416 pengguna aktif dan 78.661 pengguna baru. Rata-rata waktu keterlibatan per pengguna mencapai 46 detik, menandakan bahwa Warta 17 Agustus tetap relevan dan diminati oleh para pembacanya.
Acara puncak ini diisi dengan sharing session bersama Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho M.M., CMA., CPA., dan Pembina YPTA Surabaya, Bambang DH.
Dalam kesempatan itu, Rektor Untag Surabaya Prof. Mulyanto menekankan pentingnya peran media dalam menyebarluaskan prestasi dan kualitas pendidikan Untag kepada masyarakat.
"Media memiliki peran vital dalam mengomunikasikan pencapaian-pencapaian Untag kepada publik, sehingga masyarakat semakin memahami kualitas dan komitmen kami terhadap pendidikan,” ujar Prof. Mulyanto.
Sementara itu, Pembina YPTA Surabaya Bambang DH dalam sesi bertajuk ‘Pemuda Berdaya, Indonesia Berjaya: Tantangan dan Peluang Membangun Kepemimpinan yang Inklusif dan Berkelanjutan’, menyoroti pentingnya kampus sebagai ruang inklusif bagi mahasiswa.
“Kita harus menciptakan kampus yang menjadi rumah kedua bagi mahasiswa, di mana mereka merasa nyaman untuk belajar dan berkembang tanpa adanya ancaman perundungan atau perilaku di luar norma,” kata Bambang DH.