Surabaya (ANTARA) - Legenda sepak bola Indonesia dan mantan pemain Persebaya Surabaya Rudy William Keltjes meninggal dunia di Surabaya pada sekitar pukul 12.30 WIB, Rabu.
Informasi meninggalnya mantan pemain Timnas Indonesia pada era 1979 dan 1983 itu dibenarkan oleh staf ofisial Gresik United yang saat ini tim tersebut dinakhodai oleh anak almarhum yakni Stefan Keltjes.
"Ibu CEO turut berdukacita sedalam-dalamnya atas meninggalnya ayahanda coach Stefan, beliau menginstruksikan seluruh jajaran manajemen beserta pemain dan staf pelatih untuk takziah ke rumah duka. Kami memberikan coach Stefan waktu berduka se-flexibel mungkin," ucap Media Officer Gresik United Iksan saat dihubungi ANTARA di Surabaya, Rabu.
Selain Gresik United, klub kebanggaan Arek-Arek Suroboyo juga turut memberikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya pesepak bola yang juga pernah merumput di Persebaya dan Niac Mitra tersebut.
"Selamat Jalan Om Rudy William Keltjes. Semasa hidup, mendiang merupakan tokoh besar sepak bola Surabaya bahkan Indonesia. Pernah menjadi pemain maupun pelatih Persebaya dan Niac Mitra. Catur Pamungkas dan Rizky Dwi yang saat ini ada di skuad Persebaya, pernah dilatih Om Rudy di skuad Jatim di PON Papua 2021. Sugeng tindak Om Rudy, rest in peace," tulis akun resmi klub @officialpersebaya.
Rudy William Keltjes adalah seorang pesepak bola profesional asal Indonesia yang dikenal karena kemampuan dan dedikasinya di lapangan. Lahir di Situbondo, pemain yang kerap dijuluki "Franz Beckenbauer asal Indonesia" itu menunjukkan bakatnya dalam bermain sepak bola sejak usia muda.
Pesepak bola kelahiran 12 Februari 1952 ini mulai meniti kariernya di klub lokal sebelum akhirnya bergabung dengan tim lokal Surabaya yakni Suryanaga.
Karier profesional Rudy dimulai ketika bergabung dengan salah satu klub di Liga 1 Indonesia yakni Persebaya Surabaya. Bersama Persebaya, Rudy meraih trofi juara Perserikatan 1977 sekaligus menjadi pemain terbaik. Pada laga final di Stadion Gelora Bung Karno, Rudy mencetak gol penentu kemenangan Bajol Ijo atas Persija Jakarta.
Sebagai gelandang, Rudy dikenal memiliki visi permainan yang baik, kemampuan mengolah bola, dan ketahanan fisik yang memadai. Selama waktu di klub, ia berhasil menarik perhatian pelatih dan penggemar dengan penampilan konsisten, sering kali menjadi pemain kunci dalam pertandingan penting.
Usai membawa Persebaya juara, Rudy diangkat menjadi karyawan Dolog (saat ini Bulog) Jawa Timur. Namun, sebelumnya Rudy menerima tawaran Niac Mitra yang tengah berkiprah di kompetisi Galatama pada 1979.
Bersama Niac Mitra, nama Rudy Keltjes kian menonjol dengan raihan dua trofi juara Galatama pada musim 1980-1982 dan 1982-1983. Sebelumnya, di level internasional, Niac Mitra juga meraih gelar pada turnamen bergengsi Aga Khan di Bangladesh pada 1979.
Di ajang ini, Rudy bersama Niac Mitra meraih trofi juara setelah mengalahkan klub asal China, Liaoning lewat adu penalti.
Keberhasilan Rudy, membawanya mendapatkan kesempatan untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia saat SEA Games pada 1979 dan 1983. Debutnya di timnas menandai langkah besar dalam kariernya, di mana ia berkontribusi dalam berbagai turnamen internasional.
Setelah pensiun jadi pemain, Rudy lantas menapaki karier sebagai seorang pelatih. Dia pernah menangani sejumlah tim seperti Persebaya, Persipura hingga PSM Makassar.
Tidak hanya itu, Rudy juga pernah melatih Timnas Indonesia U-22 pada 2014. Salah satu momen penting dalam karier kepelatihannya adalah ketika ia menolak tawaran untuk melatih Timnas senior pada 2016, meskipun dinilai sukses membina Timnas U-22.