Madiun - Sebanyak 401 hektare lahan persawahan di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, terserang hama pada musim tanam musim penghujan (MP) kali ini. Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Madiun, Muhammad Najib, mengatakan, ratusan hektare lahan tersebut terserang hama wereng, tikus, jamur, hingga hama potong leher. "Jumlah lahan yang terserang hama tersebut diperkirakan hanya 0,15 persen dari total luas lahan pertanian pada MP kali ini yang mencapai 31. 146 hektare. Meski tidak signifikan berdampak pada produksi beras Kabupaten Madiun, namun hal ini tidak bisa diabaikan," ujar Najib saat dihubungi, Minggu. Pihaknya mengakui jika serangan hama di wilayahnya semakin mengganas. Berdasarkan laporan dari para petani, hama tersebut menyerang tanaman jelang panen yang berumur sekitar 50 hingga 70 hari. Kasie Perlindungan Tanaman, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Madiun Sumanto, menambahkan, kondisi cuaca yang ekstrem dan cenderung lembab membuat hama semakin cepat berkembang biak. "Serangan hama tikus dan xanthomonas atau hama potong leher, serta cuaca buruk saat ini telah menurunkan kualitas tanaman padi petani. Bahkan ada yang terpaksa memanen dini," kata Sumanto. Data Dinas Pertanian mencatat, dari 401 hektare lahan sawah yang terserang hama tersebut hampir menyebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Wilayah yang paling luas serangannya adalah di Kecamatan Dolopo yang mencapai 150 hektare, disusul Kecamatan Madiun seluas 60 hektare, dan Kecamatan Kebonsari sebanyak 44 hektare. Sedangkan sisanya tersebar di sejumlah kecamatan lain yang luasan serangan hamanya masih di bawah 20 hektare. "Guna menekan serangan hama, dinas telah memberikan bantuan obat pembasmi hama dan fungisida. Kami juga melakukan penyuluhan agar petani mengurangi pemakaian pupuk nitrogen dan memperhatikan sanitasi lingkungan sawah," tambahnya. Pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, dinilai dapat memicu perkembangan hama, terlebih hama potong leher. Sementara, pihaknya juga menganjurkan petani untuk melakukan pemakaian agen pengendali hayati (APH) untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). "Penggunaan agen hayati dengan pembuatan pestisida dan fungisida dari mikroba antagonis lebih menguntungkan petani karena dapat menekan atau memusnahkan mikroba lain dan ramah lingkungan," kata dia. (*)
401 Hekatre Sawah di Madiun Terserang Hama
Minggu, 19 Februari 2012 14:20 WIB