Surabaya (ANTARA) - Keberhasilan Timnas Indonesia menahan imbang Arab Saudi dalam laga perdana Kualifikasi Piala Dunia grup C yang berlangsung di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, pada 6 September 2024, menjadi buah bibir di masyarakat.
Bahkan, cetakan sejarah itu juga telah menjadi trending di beberapa media asing, seperti di Vietnam. Kemampuan menahan imbang dengan skor 1-1 raksasa sepak bola Asia yang kini diarsiteki Roberto Manchini itu telah membuka mata dunia bahwa Indonesia siap hadir dan menyongsong Piala Dunia 2026.
Kemampuan dan ketenangan pemain di masing-masing lini permainan Timnas saat melawan Arab Saudi, menjadi salah satu kunci suksesnya Tim Asuhan Shin Tae Yong mencuri satu poin dari tuan rumah, bahkan Manchini yang juga mantan Arsitek Inter Milan itu dibuat gusar, karena harus kebobolan lebih dulu dari Pasukan Garuda.
Meski sukses meraih hasil gemilang di laga perdana, namun prestasi ini tidak luput dari respons negatif sebagian netizen. Hal itu wajar, karena kehidupan tidak terlepas dari hitam dan putih, ada baik dan buruk, dan di setiap prestasi apa pun, selalu ada yang mengkritisi.
Narasi negatif setiap prestasi akan selalu menjadi masukan berharga di setiap perjalanan Timnas untuk melangkah lebih jauh ke depannya.
Salah satu narasi negatif yang sering muncul pada prestasi Timnas adalah terkait komposisi di dalam tim, yang mayoritas didominasi pemain bukan dari Liga Indonesia, melainkan pemain yang bermain di luar negeri, dan bukan pemain binaan dalam negeri, serta pemain keturunan atau naturalisasi, bukan tumbuh dan besar dalam teritorial serta lingkungan Indonesia.
Meskipun demikian, kita juga bisa mengetengahkan narasi positif mengenai hal itu, dengan didasari rasa optimisme bahwa untuk sepenuhnya menjadi tim yang didominasi pemain hasil Liga Indonesia perlu proses, dengan cara mencampur terlebih dahulu, melalui tahapan-tahapan yang kini sedang dirancang PSSI bersama Ketua Umumnya Erick Thohir
Tahapan pertama, mungkin komposisinya tiga banding delapan, lalu ke depan bisa lima banding enam, kemudian sampai pada tahapan akhir bisa 90 persen komposisi pemain yang memperkuat Timnas adalah yang berlaga di Liga Indonesia.
Setiap prestasi memerlukan proses dan tahapan yang perlu dijalani. Kita semua tahu bahwa berbagai metode pembinaan bagi pemain Timnas Indonesia telah dilakukan oleh semua pemangku kepentingan, termasuk dari PSSI.
Teringat PSSI Primavera di era Kurniawan Dwi Yulianto, dengan pembinaan bersama-sama seluruh tim dikirim ke luar negeri, namun masih dianggap kurang optimal, menurut sebagian pengamat, bahkan prestasinya tidak menembus level seperti yang telah dicapai oleh Timnas saat ini.
Tahapan atau proses penggabungan komposisi pemain naturalisasi dengan asli pembinaan dalam negeri itu diakui karena Indonesia saat ini masih kekurangan pemain berkualitas untuk mengisi pemain di tim nasional l, mulai dari kelompok umur hingga senior.
Idealnya, perlu ada sekitar 150 pemain di semua level timnas. Di timnas senior, PSSI mengatakan perlu ada 22 pemain (2x11) dengan kualitas yang setara, lalu di U-23 ada 33 pemain (3x11), di U-20 ada 44 pemain (4x11) dan U-17 ada 55 pemain (5x11).
Sehingga, proses penambahan pemain naturalisasi kemudian dicampur dengan pemain pembinaan dalam negeri dalam satu tim akan terus dilakukan, termasuk sebentar lagi akan masuk dua pemain berpaspor Belanda, yakni Eliano Reijnders dan Mees Hilgers yang akan memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia.
Tentu, untuk menangkal narasi negatif terhadap Timnas Indonesia itu lebih baik dinikmati dulu permainannya, rayakan kemenangannya dan optimistis untuk episode ke depannya.
Hadapi Australia
Kini, Timnas Indonesia akan menyongsong laga kedua Kualifikasi Piala Dunia Grup C yang akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno pada Selasa (10/9).
Perlu persiapan matang menghadapi tim yang juga raksasa Asia ini, karena dari level peringkat FIFA, maka "di atas kertas", Timnas Indonesia kalah jauh dengan tim dari Benua Kangguru tersebut.
Merujuk data FIFA terakhir 18 Juli 2024, Australia berada di posisi ke-24 dan masuk dalam tim besar di Asia, sedangkan Indonesia ada di peringkat ke-133. Artinya, selisih atau jarak antarkedua tim ini cukup jauh.
Di antara selisih jarak yang jauh itu, ada tim-tim besar lainnya, seperti Kamerun, Nigeria dan Wales. Namun demikian, mata dunia sempat terbelalak ketika kedua tim ini pernah bertemu di babak 16 besar Piala Asia 2023.
Meski kalah 0-4 pada pertandingan yang berlangsung di Jassim bin Hamad Stadium, Al Rayyan, Qatar. Timnas Indonesia sempat beberapa kali mengancam gawang Australia.
Dari sinilah, beberapa raksasa Asia kini mulai memperhatikan bahwa Timnas Indonesia bukanlah tim yang bisa diremehkan lawan. Hal itu juga dipertegas oleh Pelatih Arab Saudi Roberto Mancini.
Menurut pelatih 56 tahun itu, Timnas Indonesia merupakan lawan yang sulit, meski merupakan negara peringkat 133 dunia dan merupakan tim debutan pada putaran ketiga ini.
Karena itu, mari kita bersama-sama mendukung perjuangan dan proses Timnas Indonesia untuk menyongsong impian tampil pada putaran final Piala Dunia 2026.
Menangkal narasi negatif prestasi Timnas Indonesia
Sabtu, 7 September 2024 21:39 WIB
karena kehidupan tidak terlepas dari hitam dan putih, ada baik dan buruk, dan di setiap prestasi apa pun, selalu ada yang mengkritisi.