Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan aktivitas vulkanik Gunung Ibu masih tinggi dan status saat masih masih tetap pada level IV atau awas.
"Kubah lava telah melampaui dinding kawah, sehingga mengakibatkan terjadi guguran lava ke arah utara dan barat laut," ujarnya di Jakarta, Senin.
Pada 1 Mei hingga 1 Juni 2024, Badan Geologi mencatat ada sebanyak 65 kali gempa letusan di Gunung Ibu, 14 kali gempa guguran, 4.637 kali gempa hembusan, 235 kali gempa harmonik.
Kemudian tercatat pula ada sebanyak 15 kali gempa tornillo, 21.381 kali gempa vulkanik dangkal, 648 kali gempa vulkanik dalam, 12 kali gempa tektonik lokal, 363 kali gempa tektonik jauh, dan 1 kali gempa terasa di Gunung Ibu.
Baca juga: Gunung Ibu keluarkan awan abu setinggi tujuh kilometer
Selama periode tersebut Badan Geologi juga merekam kemunculan 12 erupsi dengan tinggi awan abu vulkanik berkisar antara 1.000 sampai 6.000 meter di atas puncak. Kolom abu itu berwarna kelabu dengan intensitas tebal berdurasi 200 sampai 552 detik.
Pada beberapa kejadian erupsi terdengar suara dentuman serta gemuruh hingga ke pos pengamatan Gunung Ibu di Desa Gam Ici, Kecamatan Ibu. Letusan itu juga disertai lontaran lava pijar yang mencapai radius 1,5 kilometer dari bibir kawah.
Gunung Ibu merupakan gunung api tipe strato dan memiliki ketinggian puncak 1.340 meter di atas permukaan laut. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Lebih lanjut Wahid mengungkapkan bahwa letusan Gunung Ibu tercatat sejak tahun 1911 dan mulai tahun 1998 muncul sumbatan lava yang kemudian tumbuh menjadi kubah lava.
Menurutnya, kubah lava terus tumbuh seiring terjadinya erupsi-erupsi dengan intensitas lemah hingga sedang.
Sejak tahun 2020 sampai 2023, frekuensi jumlah letusan Gunung Ibu semakin berkurang setiap hari, namun kolom letusan cenderung bertambah tinggi.
"Kondisi itu berhubungan dengan meningkatnya gempa-gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal," pungkas Wafid.