"Itu budaya dari luar negeri. Sebetulnya menurut saya ya, gak sesuai. Tidak sesuai dengan budaya, begitu kan," kata Mensos Risma dalam kegiatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Aceh Utara, Rabu.
Mensos Risma menilai adanya panti sosial memang bisa memberikan akomodasi terhadap lansia yang terlantar.
Namun di sisi yang lain, sambungnya, juga dapat menyebabkan anak-anak yang seharusnya mengurus orang tuanya pada usia senja, justru malah menitipkan dan meninggalkan orang tuanya di panti-panti sosial.
"Apa iya seperti itu? budaya kita, agama kita, tidak mengajarkan seperti itu," ujar Mensos Risma.
Menurutnya, Indonesia yang kental dengan budaya ketimuran tidak mengajarkan hal tersebut. Ia menilai tidak ada alasan yang membolehkan seseorang untuk menelantarkan orang tua mereka.
"Setiap membaca laporan, saya coba pelajari apa masalah orang tuanya ditinggalkan. Ada yang masalah ekonomi, tapi juga ada yang bukan masalah ekonomi. Bahkan ada yang anaknya sudah berhasil, tapi mereka (anak) tidak mau menjenguk orang tuanya," kata Mensos Risma.
Untuk itu Mensos menyebutkan rasa kepedulian terhadap lansia harus dibiasakan sejak dini, supaya nilai-nilai kepedulian terhadap lansia bisa bertahan hingga dewasa dan ditularkan kepada anak dan cucu kelak.
Ia juga berpesan kepada seluruh pemangku kepentingan terkait untuk bisa lebih memperhatikan pendidikan budi pekerti anak-anak terhadap lansia guna meminimalisasi yang terlantar di Indonesia.
Diketahui, peringatan HLUN 2024 tahun ini digelar di Kabupaten Aceh Utara dan melibatkan 4.982 lansia yang menerima bantuan berupa pendirian 27 Rumah Sejahtera Terpadu (RST), pelayanan kesehatan seperti operasi katarak, donor darah, dan pemeriksaan kesehatan gratis.
Selain itu pada gelaran yang bertemakan "Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat" itu juga melakukan pemenuhan hak sipil para lansia, seperti perekaman KTP elektronik dan Kartu Keluarga bagi lansia, serta pelaksanaan isbat nikah bagi para lansia yang belum tercatat pernikahannya secara administrasi.