Pamekasan - Pengasuh pondok pesantren Azzubair, Pamekasan, Madura berencana mengembalikan bantuan dari Bupati Kholilurrahman yang disumbangkan ke pondok itu untuk perbaikan asrama roboh. Juru bicara keluarga pondok pesantren Azzubair, Badrut Tamam kepada pers di Pamekasan, Jumat menyatakan, keluarga pengasuh pondok sepakat untuk mengembalikan bantuan tersebut karena pemberian bantuan terkesan dipolitisir. "Bantuannya hanya Rp3 juta, tapi wartawan yang diajak bupati meliput bantuan lebih dari 20 orang," ucapnya. Ia menilai jumlah bantuan yang diberikan itu tidak sebanding dengan publikasi yang dilakukan bupati kepada di berbagai media. Bahkan, menurut Badrut Tamam, penyerahan bantuan ke pondok pesantren Azzubair yang asramanya roboh itu, terkesan hanya sebatas pencitraan. Badrut Tamam mengatakan, peristiwa bangunan roboh di pesantren itu bukan hanya tahun ini saja, akan tetapi juga terjadi sebelumnya. Ketika itu, madrasah di pondok itu roboh dan para pengurus dan pengasuh pondok pesantren langsung melaporkan ke bupati, tapi tidak diindahkan. Hingga 2010 belum juga ada bantuan dari Bupati Pamekasan, meskipun ketika itu ia berjanji akan memberikan bantuan. "Saat asrama pondok roboh bupati datang dengan nilai bantuan Rp3 juta, tapi membawa wartawan sebanyak-banyaknya. Jelas kami di kalangan pengasuh merasa tersinggung dengan hal ini, karena pesantren hanya dijadikan alat politik," ujarnya, menegaskan. Bantuan yang disampaikan oleh bupati ini kan mengesankan hanya untuk pencitraan saja. Jika, bupati memang berniat membantu dengan tulus, tanpa dipublikasikan secara besar-besaran. Bangunan Pondok Pesantren Azzubair berukuran 3x16 meter di Dusun Sumber Anyar, Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Madura, pada Senin (12/12), sekitar pukul 04.30 WIB, roboh setelah hujan deras mengguyur daerah itu. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Bangunan pondok pesantren yang terdiri atas empat ruangan yang masing masing berukuran tiga kali empat meter itu, roboh setelah sebelumnya hujan deras melanda wilayah itu. Kondisi tanah yang bergerak menyebabkan bangunan pondok retat-retak hingga akhirnya roboh. Peristiwa itu terjadi saat santri hendak menunaikan shalat subuh dan mereka merasakan adanya bangunan yang ditempati bergerak-gerak. Saat itu juga santri yang ada di ruangan pondok behamburan keluar ruangan dan sebagian membangunkan santri lain yang saat itu masih ada yang tidur di ruangan pondok. Pondok Pesantren Azzubair di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan ini tercatat sebagai pondok pesantren tertua di Pamekasan. Santri di pondok ini sebenarnya tidak terlalu banyak sebagaimana pesantren lain di Pamekasan, semisal pondok pesantren Bata-Bata dan Pondok Pesantren Banyuanyar yang mencapai ribuan orang. "Di sini santrinya hanya ratusan saja, dan kebanyakan santri 'colokan'," kata salah seorang keluarga pesantren, Ustaz Habibullah Bahwi menjelaskan. Santri colokan adalah satri yang belajar di pondok itu, akan tetapi tidak menetap dipondok melainkan pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka datang ke lembaga pesantren saat mengikuti kegaiatan belajar mengajar, seperti belajar Al Quran dan mengaji kitab kuning. Pondok pesantren yang terletak sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Pamekasan ini juga dikenal masyarakat sebagai pondok pesantren kuno, karena di pondok ini ditemukan banyak literatur ilmu pengetahuan kuno. Bahkan kitab "Bahrul Lahut" (Samudera Ketuhanan) karya Syeikh Abdullah Syarif, ulama asal Aceh yang sempat diklaim sebagai karya ulama Malaysia, karena menggunakan bahasa Melayu.(*)
Pengasuh Pesantren Azzubair Kembalikan Bantuan Bupati Pamekasan
Jumat, 16 Desember 2011 15:04 WIB