SURABAYA (ANTARA) - Sangatlah miris mendengar maraknya berita bullying atau perundungan akhir – akhir ini. Kasus perundungan murid SD di Indramayu yang ditelanjangi dan dipukul oleh temannya. Kasus kekerasan terhadap santri di Malang yang disiksa meggunakan setrika oleh seniornya. Bahkan santri sebuah pesantren di Kediri tewas dianiaya senior. Kejadian – kejadian sadis ini seharusnya membuat kita merenung sejenak. Selama ini, apa yang kurang dari pendidikan kita? Apa yang kurang dari pengasuhan kita? Siapa saja yang bertanggungjawab atas kejadian ini?
Orientasi Pendidikan
Menilik kembali tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada UU RI Nomor 20 Tahun 2003 yaitu berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun pada kenyataanya praktik pembelajaran akademis masih mengambil porsi yang lebih besar daripada program pendidikan karakter di sekolah.
Tripusat Pendidikan
Tiga lingkungan yang menurut Ki Hajar Dewantara harus bersinergi dan bertanggungjawab mendidik sebuah generasi adalah sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, Guru dan semua tenaga kependidikan berperan dalam misi melangkah pada tujuan yang sama. Orang tua, saudara, kakek-nenek, paman-bibi juga berperan penting dalam mendidik karakter anak. Selain itu ada masyarakat yang turut berperan mendidik generasi bangsa. Misalnya, tetangga merupakan masyarakat terdekat.
Rekomendasi
Tujuan pendidikan nasional harus tercermin pada setiap proses pendidikan mulai dari jenjang atau fase yang paling awal, yakni fase pondasi atau Pendidikan Anak Usia Dini. Konsep Asah, Asih, Asuh perlu dilestarikan untuk mencegah bullying sejak usia dini. Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui kegiatan bermain yang bermakna untuk mengembangkan seluruh potensi anak. Kegiatan berpusat pada anak disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan gaya belajar anak Asih merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak baik jasmani dan rohani serta mendapatkan perlindungan. Asuh adalah pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan jati diri atau karakter anak dalam hal keimanan; nasionalisme; rasa tanggung jawab; jiwa kebersamaan, berpikir kritis; optimis; dan kreatif.
*) Penulis adalah Mahasiswa S2 PAUD Universitas Negeri Surabaya