Surabaya - Seni instalasi bertajuk "Spirit to Build Up" karya pelukis Jopram asal Jeruk, Lakarsantri, Surabaya, yang dipamerkan di Galeri Seni Orasis Jalan HR Muhammad, Surabaya, untuk memeriahkan "Biennale Jatim 2011" melontarkan kritik atas tata kota di Surabaya Barat. "Saya sebenarnya diundang sebagai pelukis, lalu saya melukis, tapi saya kembangkan menjadi tiga dimensi dengan membuat boneka dari karung beras yang diisi jerami," katanya di sela-sela persiapan 'Biennale Jatim' di Galeri Orasis Surabaya, Selasa. Hal itu, katanya, karena dirinya ingin merespons tema utama "Biennale Jatim 2011" yakni "Transposisi" yang berarti upaya menggeser dari kebiasaan pola berkarya sebelumnya, bahkan lukis dan karya tiga dimensi itu ditambah dengan "video art". "Dalam semua karya itu, saya ingin mengkritik pembangunan di Surabaya, seperti dari Jalan HR Muhammad hingga ke Menganti yang merusak lahan pertanian dan lahan terbuka hijau menjadi kawasan milik perusahaan," katanya. Ia menjelaskan "semangat membangun" atau "spirit to build up" seperti itu justru mematikan petani dan menghilangkan kawasan terbuka hijau, bahkan jika dibiarkan dalam 20 tahun, maka kawasan hijau akan benar-benar habis. "Karena itu, saya gambarkan dengan boneka dari karung yang diisi jerami dalam kondisi terbang untuk menggambarkan petani yang kehilangan lahan hijau atau pertanian, kemudian dalam video art juga ada boneka jerami yang terbakar untuk menggambarkan percepatan pembangunan yang merusak," katanya. Sementara itu, lukisan lain yang dipamerkan di Galeri Orasi juga tampak keluar dari kebiasaan, di antaranya lukisan berjudul "Menekan Kepala" yang menyajikan potongan manusia dari seng yang kepalanya "ditenggelamkan" dalam kanvas hingga berlubang. "Ada 100 seniman yang terlibat dalam Biennale Jatim 2011 yang beraksi pada enam galeri, termasuk di Galeri Orasis. Di sini ada 27 seniman dengan 27 karya," kata Direktur "Biennale Jatim 2011" Freddy H Istanto IAI M.Arch. Menurut dia, pola yang keluar dari kebiasaan juga terlihat di Galeri Seni "House of Sampoerna" yang menampilkan banyak karya seni dengan pengaruh digital. "Yang menarik, pengunjung di Galeri House of Sampoerna dan AJBS yang menggelar Biennale Jatim terlebih dulu (16/10) terlihat membeludak. Hal itu menunjukkan para penikmat seni merindukan karya-karya berkualitas," katanya. Setelah Biennale Jatim 2011 dibuka di Galeri House of Sampoerna pada 16 Oktober, pembukaan berikutnya di Galeri AJBS pada 17 Oktober, lalu disusul di Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) pada 18 Oktober. Pembukaan berikutnya di Go Artspace Jl Sutorejo pada 19 Oktober, Galeri Orasis Jl HR Muhammad pada 20 Oktober dan di Galeri Surabaya, kompleks Balai Pemuda pada 21 Oktober. "Di GO Artspace dikhususkan seniman dari luar Jatim sebanyak 34 orang, seperti Yogyakarta, Surakarta, Jakarta, Denpasar, Magelang, dan Wonosobo," katanya. Sementara itu, di Galeri Surabaya khusus seniman ASEAN, seperti Dennys E Montera (Filipina), Jack New_Cool atau Jakraphun Thanateeranon dari Thailand, Liu Cheng Hua (Malaysia) serta Syaiful Hadjar (Indonesia). (*)
"Biennale Jatim" Kritik Tata Kota Surabaya Barat
Selasa, 18 Oktober 2011 18:35 WIB