Surabaya (ANTARA) - Sebanyak 12 karya budaya asli Jawa Timur (Jatim) ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) oleh Tim Ahli Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenbudristek), kata pejabat setempat.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyampaikan apresiasi kepada tim Kemendikbudristek atas penetapan tersebut.
"Sebanyak 12 karya budaya ini merupakan hasil usulan dan presentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim bersama para maestro dan akademisi," katanya melalui keterangan tertulis di Surabaya, Selasa.
Masing-masing adalah Tari Beskalan dari Kabupaten Malang, Yadnya Karo Suku Tengger Brang Kulon (Pasuruan), Brem (Madiun), Nyadran Sawuran (Bojonegoro), Jaranan Pegon (Tulungagung), Jaran Jenggo (Lamongan), serta Tari Remo dan Manten Pegon (Kota Surabaya).
Selain itu Tari Topeng Ghettak dari Kabupaten Pamekasan, Keket (Situbondo), Ngetung Batih (Trenggalek) dan Kembang Lamaran (Kota Probolinggo).
"Penetapan ini menambah deretan daftar karya budaya asli Jatim yang terdaftar sebagai WBTb nasional. Sekaligus menjadi penanda bahwa Jatim memiliki potensi budaya daerah yang luar biasa. Total karya budaya Jatim yang masuk dalam WBTb nasional kini berjumlah 99," ujarnya.
Mantan Menteri Sosial itu mengungkapkan banyaknya potensi kebudayaan daerah Jatim harus terus disisir secara detail, untuk kemudian bisa kita daftarkan.
"Ini penting karena upaya pelestarian yang konsisten harus menjadi suatu kewajiban. Jika bukan kita yang melestarikan, menjaga, bahkan mendaftarkan ke Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI maupun Kemendikbud, bagaimana generasi penerus nanti akan menemukenali kekayaan budaya bangsa," tuturnya.
Tak lupa Gubernur Khofifah menyampaikan terima kasih atas kerja keras berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah.
Ia berharap akan semakin banyak masyarakat, utamanya generasi muda, yang semakin peduli terhadap kebudayaan daerah yang menjadi identitasnya sebagai sebuah bangsa Indonesia.
"Upaya pelestarian budaya tidak bisa berjalan hanya oleh satu generasi. Sifatnya adalah berkelanjutan. Saya harap generasi milenial bahkan Gen Z juga bisa ikut menjaga dan melestarikan budaya sebagai identitas sebuah bangsa," ucapnya.