Perhutani Kediri Selidiki Kebakaran di Lereng Gunung Wilis
Jumat, 23 September 2011 8:49 WIB
Kediri - Perum Perhutani Kediri masih menyelidiki kasus kebakaran yang menimpa lokasi lereng Gunung Wilis (2.552 mdpl), tepatnya di Resor Pemangku Hutan (RPH) Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung.
"Kami masih selidiki kasus kebakaran itu, petugas kami masih meninjau lokasi," kata Wakil Kepala Administratur Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri, Errik Alberto di Kediri, Jumat.
Kasus kebakaran hutan terjadi di lereng Gunung Wilis. Api terlihat sejak Kamis (22/9) malam. Awalnya, api terlihat hanya satu titik, tetapi setelah larut malam, api merembet dengan cepat dan kebakaran itu terlihat luas.
Errik mengatakan, lokasi hutan yang terbakar itu adalah kawasan hutan lindung. Selain beragam tanaman di hutan lindung, ada sejumlah tanaman pinus yang juga ikut terbakar.
Namun, ia mengaku belum mengetahui dengan pasti luas lahan yang terbakar. Saat ini, petugas masih terjun ke lapangan, untuk mengetahui kondisi kebakaran hutan dengan pasti.
"Kami tidak berani menurunkan petugas saat malam hari, karena angin bertiup dari gunung ke lembah dan itu sangat berbahaya, karena bisa dikejar oleh api. Kami baru turunkan petugas siang hari, karena angin bertiup dari lembah ke gunung, jadi cukup aman," katanya, menjelaskan.
Kasus kebakaran di kawasan Perhutani Kediri memang sudah mulai terjadi, terlebih lagi saat kemarau ini. Selang waktu tiga bulan, sejak Juli 2011 ini, kebakaran sudah menimpa hingga 90 hektare lahan Perhutani Kediri.
Dari luas lahan itu, api menyerang segala macam pohon, mulai dari pinus, akasia, serta jenis tanaman hutan lainnya. Total kerugian yang diderita akibat musibah itu juga cukup besar, hingga Rp100 juta.
Menurut Errik, kasus kebakaran selama kemarau dipastikan besar terjadi, mengingat banyak alang-alang yang kering. Selain itu, adanya oknum yang sengaja membakar hutan, dengan alasan berburu, juga berpotensi menjadikan kebakaran meluas.
"Kadang, mereka berburu babi hutan dengan sengaja membakar hutan, agar hewan-hewan itu keluar. Niatnya baik, karena babi sering merusakan tanaman petani, tapi akibatnya hutan terbakar," ucapnya, mengungkapkan.