Surabaya - Pendiri Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya, Jawa Timur, G Soetopo van Eybergen (99), Rabu, meninggal dunia di rumah anaknya di Jakarta. "Beliau meninggal dunia di rumah anaknya karena memang sudah sepuh (sangat tua)," kata staf YPAB Surabaya Karyanto ketika dihubungi saat menunggu kedatangan jenazah dari Jakarta ke Bandara Juanda Surabaya. Ia menjelaskan, almarhumah mendirikan YPAB pada 9 Maret 1959 bersama suaminya Prof Dr M Soetopo yang merupakan guru besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Menteri Kesehatan pertama. "Profesor Soetopo sendiri sudah meninggal dunia terlebih dulu pada 9 Oktober 1982 dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Pekuncen, Surodinawan, Mojokerto," katanya. Rencananya, almarhumah Ny G Soetopo yang keturunan Belanda itu akan dimakamkan juga di pemakaman keluarga di Pekuncen, Surodinawan, Mojokerto pada Kamis (8/9) pagi. "Rabu (7/9) malam, almarhumah akan disemayamkan di rumah duka di Pendopo YPAB Surabaya, Jalan Gebang Putih 5, Surabaya dan Kamis (8/9) pagi akan diberangkatkan ke Mojokerto untuk pemakaman," katanya. Ia mengaku sangat kehilangan atas perginya dua sejoli pendiri YPAB, meski almarhumah sudah meninggalkan YPAB dan tinggal bersama anaknya yang berprofesi sebagai dokter di Jakarta itu sejak Februari 2010. "Almarhumah sempat hendak ke YPAB untuk menerima tamu dari Swiss, tapi beliau jatuh di kamar mandi dan akhirnya sakit hingga tidak sempat ke YPAB lagi, karena itu almarhumah akan disemayamkan di Pendopo YPAB terlebih dulu," katanya. Menurut dia, dirinya bersama 70-an anak-anak buta di YPAB merasa kehilangan almarhumah yang sangat dermawan dan sangat peduli dengan anak-anak buta, meski tidak dibantu pemerintah. "Saking dermawan, orang seperti saya dan tukang parkir sering diberi uang, bahkan beliau akan terlihat menangis bila anak-anak buta tidak ada yang mengurusi. Anak-anak buta itu seperti anak beliau sendiri," katanya. Ia menambahkan almarhumah selama ini hanya mengandalkan uang dari donatur dari Surabaya dan Jerman untuk mengelola yayasan, namun SDLB YPAB kini juga menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). "Beliau tidak pernah menuntut apa-apa, kecuali anak-anak tunanetra jangan pernah menyerah untuk berhasil. Itu saja," katanya. YPAB telah berkembang menjadi asrama anak-anak tunanetra yang memiliki TK, SD, dan SMP, bahkan guru dan siswanya juga memiliki prestasi yang membanggakan, sehingga ada 30-an penghargaan yang diraih yayasan itu. Misalnya, guru Bahasa Indonesia di SDLB YPAB, Salim, menyabet gelar juara I nasional lomba mengarang untuk guru dan kepala sekolah luar biasa pada tahun 1983 dan tahun 2004 merebut juara III lomba mengarang tingkat internasional di Jepang. Selain itu, siswa SDLB YPAB, Huriyah Dawi Febriyanti, meraih juara I lomba menyanyi siswa SLB se-Provinsi Jawa Timur dengan mengalahkan puluhan pesaing dari berbagai kabupaten dan kota. "Suami almarhumah memang pensiunan dosen FKG Unair, bahkan Ketua YPAB sekarang juga dipegang Prof Soedarto (mantan Rektor Unair dan Duta Unesco)," kata Kepala Humas Unair Dr Mangestuti Agil Apt.
Pendiri Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta Surabaya Meninggal
Rabu, 7 September 2011 20:39 WIB