Surabaya (ANTARA) - Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Surabaya meminta setiap Puskesmas dan Posyandu untuk terus berinovasi, khususnya memberikan ruang aktivitas fisik bagi balita stunting (gagal tumbuh).
"Setiap wilayah, masyarakat, dan kondisi lingkungan pasti berbeda-beda. Sehingga, membuat inovasi sesuai dengan lingkungannya sendiri," kata Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Selasa.
Lebih lanjut, Rini mengatakan PKK dan Pemkot Surabaya akan menggencarkan konsumsi protein kepada ibu hamil dan balita. Konsumsi protein pada ibu hamil dan balita, seperti mengonsumsi telur, ikan, dan daging.
"Ini dari hulu ke hilir, ibu hamil dan ibu menyusui, kami berikan protein dari DKPP (Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan). Kalau sudah balita, kami gerakkan untuk mengonsumsi protein," ujar dia.
Ia mengaku pihaknya berkomitmen untuk fokus memprioritaskan upaya penanganan dan pencegahan indikasi balita stunting di Kota Pahlawan. Salah satunya adalah keberhasilan Posyandu 2 RW 06 Kelurahan Pacar Kembang, Kota Surabaya yang menjadi percontohan dalam penurunan angka stunting di tingkat nasional.
Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini mengatakan dalam pengendalian angka stunting di Kota Surabaya dimulai dari remaja putri, yakni memberikan Tablet Tambah Darah (TTD). Setelah itu, bagi calon pengantin dan ibu hamil juga mendapatkan micronutriens (zat gizi mikro).
"Jadi, kami memberikan pendampingan, mulai dari pencegahan hingga penanganan. Apalagi, para KSH (Kader Surabaya Hebat) yang terus membantu kami untuk mendata indikasi gejala balita stunting melalui aplikasi Sayang Warga, baik jumlah ibu hamil maupun calon pengantin," kata Rini.
Tidak hanya itu, lanjut dia, para pemangku kebijakan di daerah itu juga ikut bersinergi dengan Pemkot Surabaya dalam pengendalian angka stunting seperti menjadi ayah asuh bagi balita stunting.
"Alhamdulilah, seperti di Posyandu 2 Pacar Kembang ini nol stunting, dari 16 sekarang menjadi nol. Inovasi dan keaktifan Posyandu luar biasa, seperti inovasi Dapur Gizi untuk stunting (Dazi Unting) dan Stunting Garpu Ceting untuk aktivitas motorik balita," ujarnya.
Rini mengaku bahwa semua inovasi tersebut digagas oleh masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat diharapkan terus meningkat. Demikian pula dengan peran KSH yang terus melakukan pendataan mengenai indikasi gejala balita stunting melalui aplikasi Sayang Warga.
Selama tiga tahun terakhir, prevalensi stunting di Kota Surabaya mengalami penurunan signifikan. Pada tahun 2020 terdapat 12.788 kasus stunting, turun menjadi 6.722 pada tahun 2021.
Selanjutnya, hingga akhir Desember 2022, kembali turun menjadi 923 kasus. Bahkan, pada Februari 2023, jumlah kasus stunting di Surabaya turun menjadi 872 kasus.