Situbondo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, berkolaborasi dengan Kodim 0823 dalam rangka untuk menekan angka stunting di wilayah itu, sehingga target penurunan angka anak tubuh pendek 14 persen pada 2024 bisa tercapai.
Kepala Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Situbondo Imam Darmaji mengklaim angka stunting di Situbondo terus mengalami penurunan. Pada 2021 angka stunting di Situbondo 23,7 persen, dan terus diupayakan setiap tahunnya turun 3 persen.
"Angka stunting cenderung menurun. Ini berkat kerja sama yang baik dengan lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta pemangku kepentingan terkait," kata Imam, di sela kegiatan bertajukSelasa.
Ia menjelaskan bahwa sesuai dengan Perpres 72/2021 maupun Peraturan Bupati (Perbup) 45/2022, Situbondo menargetkan angka stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024, seiring dengan yang ditargetkan oleh pemerintah pusat.
Menurut ia, persoalan stunting tidak hanya mengatasi balita yang mengalami tubuh pendek akibat kekurangan gizi. Tapi, yang lebih penting adalah pencegahan terjadinya kasus stunting. Pencegahan ini yang juga harus digencarkan, yaitu dengan memberikan pendampingan terhadap calon pengantin dan ibu hamil.
"Calon pengantin ini kami berikan pendampingan untuk melakukan pemeriksaan ke puskesmas setempat dan berkonsultasi tentang keluarga berencana. Termasuk ibu hamil kami edukasi pentingnya makanan bergizi," kata Imam.
Pemicu tertinggi angka stunting di Situbondo, lanjut dia, yakni pola asuh keluarga yang salah. Selain itu, kemiskinan juga menjadi pemicunya.
"Oleh karena itu, ini menjadi pekerjaan semua pihak, sehingga angka stunting bisa ditekan sesuai dengan target. Salah satu pemicu angka stunting adalah kemiskinan, namun pemicu terbesar yaitu pola asuh keluarga," ujarnya.
Sementara itu, Dandim 0823/ Situbondo, Letkol Inf. Bayu Anjas Asmoro dinobatkan sebagai Duta Stunting 2022.
"Secara nyata akan dilaksanakan kegiatan mobile memberikan vitamin serta mendorong orang yang lebih mampu untuk berbagi. Kami sudah berkoordinasi dengan komunitas sosial, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan Dinas P3AP2KB," kata Dandim Bayu.
Menurut Dandim, angka stunting tertinggi justru di daerah pesisir yang notabene memiliki ikan melimpah, yang punya kandungan kaya nutrisi dan protein.
"Para orang tua yang tinggal di pesisir belum memahami pentingnya mengonsumsi ikan untuk mencegah stunting. Mereka perlu kita edukasi," tuturnya. (*)