"Ini merupakan pengiriman (ekspor) kedua. Sebelumnya, pada Maret 2022 kami sudah melakukan pengiriman perdana dengan volume sekitar 50 ton," terang salah satu pendamping tani di Ponorogo, Slamet Riyanto, Senin.
Untuk pengiriman tahap dua ini, lanjut Slamet, petani dan warga Ponorogo berhasil menaikkan kapasitas ekspor hingga 300 ton yang akan dikirim bertahap.
Keberhasilan mereka tidak lepas dari dukungan penuh dari pemerintah daerah serta program pembinaan menggunakan dana CSR salah satu perusahaan nasional di Indonesia.
"Kami berhasil ekspor perdana pada Maret (2022) kemarin, lima bulan setelah DSA terbentuk," kata Slamet Riyanto saat pelepasan ekspor 300 ton temulawak, jahe, dan kunyit ke India di Desa Broto, Kecamatan Slahung, Ponorogo.
Ekspor 300 ton rempah-rempah senilai Rp3,5 miliar ini akan dilakukan bertahap hingga November-Desember mendatang.
Menurut Slamet, keberhasilan ekspor rempah-rempah ini sangat dipengaruhi oleh dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Ponorogo terhadal DSA.
Bupati Ponorogo Giri Sancoko bahkan mengeluarkan kebijakan agar seluruh RT di wilayah tersebut menanam kunyit.
"Pemda Ponorogo full support. Pemda mengeluarkan kebijakan untuk setiap RT agar menanam kunyit," katanya.
Bahkan, Pemkab Ponorogo langsung berkomitmen dengan mengajak setiap RT untuk melakukan nota kesepahaman (MoU) dengan DSA agar program tersebut berkelanjutan.
"Pemda ingin DSA ini berkelanjutan. Seluruh RT akan MoU dengan Desa Sejahtera Astra untuk membeli hasil pertanian ini," ujarnya.