Semarang (ANTARA) - Polisi mengamankan dua sepeda motor yang diduga merupakan sarana yang digunakan oleh empat pelaku penembakan Rina Wulandari, istri anggota TNI di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kapolrestabes Semarang Kombes Pol.Irwan Anwar di Semarang, Jumat, mengatakan kedua sepeda motor diamankan dari dua lokasi yang berbeda.
Sepeda motor Kawasaki Ninja diamankan di sebuah rumah di Ngadirgo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.
Baca juga: Suami korban penembakan orang tak dikenal di Semarang mangkir kerja di kesatuannya
Sementara sepeda motor Honda Beat diamankan dari sebuah rumah di Sayung, Kabupaten Demak.
"Untuk sepeda motor Kawasaki Ninja sudah diubah warnanya oleh pelaku, dari sebelumnya hijau terang menjadi hijau gelap," katanya.
Polisi, lanjut dia, sudah mengidentifikasi pelaku namun pelaku masih bersembunyi.
Oleh karena itu, ia meminta para pelaku untuk menyerahkan diri kepada Tim Gabungan TNI/ Polri yang masih terus melakukan pengejaran.
Baca juga: Polisi sebut komplotan penembak istri anggota TNI berjumlah empat orang
Sebelumnya, Rina Wulandari (34), istri seorang anggota TNI, ditembak orang tak dikenal di depan rumahnya, Jalan Cemara III, Banyumanik, Kota Semarang, Senin (18/7).
Kapolrestabes Semarang Kombes Pol.Irwan Anwar mengatakan bahwa korban mengalami luka di bagian perut akibat tembakan tersebut.
"Dua tembakan, satu bersarang di perut korban," katanya.
Polisi sendiri telah mengungkap ciri-ciri dan peran empat pelaku penembakan R.
Irwan mengatakan empat pelaku menggunakan dua sepeda motor, masing-masing Kawasaki Ninja dan Honda Beat Street tanpa nomor polisi.
Adapun ciri-ciri keempat pelaku yang terekam dalam kamera CCTV di sekitar lokasi kejadian diketahui masing-masing untuk pelaku yang berperan sebagai eksekutor penembakan menggunakan helm yang biasa digunakan untuk motocross, bersepatu warna hitam merah, serta menggunakan senjata api yang diduga pistol, dua pelaku lain yang mengendarai Honda Beat bertugas sebagai pengawas saat eksekusi penembakan.
"Salah seorang pelaku diketahui berambut panjang," katanya.
Dari rekaman CCTV, kata dia, para pelaku yang diduga merupakan warga sipil tersebut selalu berkomunikasi dengan seseorang melalui telepon sebelum beraksi.(*)