Surabaya (ANTARA) - Praktik komunikasi politik dengan memanfaatkan media sosial jamak dilakukan oleh para politisi termasuk Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah saat ini. Ganjar memang dikenal dengan gaya kepemimpinan tegas, namun juga santun dan dekat dengan masyarakat. Ganjar digadang-gadang sebagai salah satu nama yang akan maju pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Namun, hal ini dinilai sebagai tindakan offside karena aturan internal partai politik tempat Ganjar bernaung yakni PDI Perjuangan memberikan mandat kepada ketua umum partai untuk memutuskan calon presiden yang akan diusung oleh partai.
Merespon hal tersebut, Ganjar memilih diam dan fokus terhadap tugasnya sebagai seorang Gubernur. Meski diam, elektabilitas Ganjar dalam beberapa survey menunjukkan hasil yang cukup baik. Dilansir dari katadata.co.id (25 Juni 2022) sejumlah lembaga merilis hasil survei elektabilitas calon presiden.
Seperti Litbang Kompas yang menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo mencapai 22 persen. Lingkaran Survey Publik mencatat elektabilitas sebesar 16,5 persen, Lingkaran Survey Jakarta sebesar 29,40 persen dan survey SMRC memberikan hasil tertinggi bagi Ganjar sebesar 30,30 persen.
Terlepas dari itu, Ganjar tetap dinilai sebagai pemimpin yang memiliki pemikiran modern dan dikenal sebagai politikus yang aktif bermain media sosial. Buktinya per tanggal 15 Juni 2022, akun Instagram Ganjar dengan username @ganjar_pranowo memiliki pengikut sebanyak 4,9 Juta dengan 5.732 unggahan.
Ganjar memanfaatkan media sosial sebagai sarana menciptakan image yang berbeda dan berciri khas yang tidak dimiliki oleh politikus yang lain.
Salah satunya dibuktikan dengan slogan yang berbunyi “Tuanku ya Rakyat, Gubernur cuma Mandat” yang tertulis pada bio Instagramnya. Narasi tersebut menjadi langkah awal strategi Ganjar untuk mulai membangun personal branding melalui media sosial.
Jika diinterpretasikan, narasi tersebut menegaskan bahwa Ia adalah pemimpin yang selalu mengutamakan masyarakat dan jabatan yang Ia miliki sekarang hanyalah sekadar mandat.
Menurut Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life” menjelaskan tentang teori presentasi diri impression management yang dalam interaksi sosial setiap orang berusaha untuk menampilkan citra atau konsep dirinya di depan orang lain.
Terdapat lima jenis strategi atribusi presentasi diri dan Ganjar menerapkan tiga di antaranya, yaitu Strategi Menjilat merupakan strategi yang digunakan untuk menciptakan image yang menyenangkan. Interaksi Ganjar dengan masyarakat melalui media sosial menggambarkan sosoknya sebagai figur yang ramah dan juga interaktif.
Berbagai aduan bahkan candaan yang diberikan oleh pengikutnya ditanggapi dengan baik sehingga terbentuk hubungan kedekatan antara keduanya.
Strategi Self-Promotion merupakan strategi yang digunakan untuk menciptakan image diri yang berkualitas.
Dalam hal ini, sikap yang ditunjukkan Ganjar dibuktikan dengan hasil kinerja yang terus diperbaiki dimana Ia seringkali merespon dengan cepat dan tanggap setiap ada aduan yang masuk melalui media sosialnya.
Strategi Contoh digunakan seseorang agar dianggap sebagai contoh dan usaha untuk menunjukkan kemampuan, kompetensi, dan integritas. Langkah yang digunakan Ganjar secara tidak langsung menggambarkan himbauan untuk bawahannya agar dapat mencontoh pola penanganan yang Ia lakukan.
Bagi seorang politikus yang berpengaruh di media sosial seperti Ganjar, diperlukan adanya teknik pengelolaan kesan melalui komunikasi politik agar segala tindakan dapat dipantau dengan baik. Citra seorang politikus dapat dibangun berdasarkan informasi yang disebarkan, salah satunya melalui media sosial.
Ganjar perlu untuk membangun citra positif di masyarakat jika ingin tetap eksis di tengah publik. Ganjar dapat mempertahankan elektabilitas politiknya di mata masyarakat dengan memanfaatkan media sosial.
Hal ini mampu menggambarkan fungsi dari media sosial khususnya di bidang politik untuk dapat memberikan nilai positif khususnya penguatan personal branding Ganjar.
Menurut Stromback dan Kiousis (2011), PR politik adalah sebuah proses pengelolaan yang dilakukan oleh partai atau seorang politikus yang ditujukan untuk mempengaruhi proses pengambilan kebijakan publik.
PR politik menjadi langkah utama untuk mengelola citra melalui perencanaan komunikasi startegis dengan media komunikasi PR dan agenda setting media. PR dalam konteks politik tetap memiliki dua fungsi utama yaitu, fungsi konstruktif dan fungsi korektif. Fungsi konstruktif adalah fungsi PR untuk menciptakan citra positif di publik.
Sedangkan, fungsi korektif adalah fungsi PR yang memberikan koreksi apabila citra buruk terbentuk di tengah masyarakat.
Model pencitraan yang membedakan Ganjar dengan politikus lain adalah bagaimana Ganjar memilih konsep untuk menyosialisasikan berbagai ajakan melalui media sosial. Sebagai contoh, saat situasi pandemi, Ganjar mengajak masyarakat untuk selalu mencuci tangan agar meminimalisir resiko terkena virus corona.
Dalam unggahannya tersebut, Ganjar menggunakan kaos bertuliskan imbauan menjaga kebersihan sembari bersepeda santai. Taktik ini dilakukan Ganjar untuk mengenal masyarakat dan merespon segala aduan dengan baik.
Ganjar menerapkan strategi pembentukan personal branding dengan empat cara yang sukses membuatnya menjadi lebih dekat dengan masyarakat melalui determine who you are, determine who you do, position yourself, dan manage your brand. Cara ini terbukti memberikan hasil nyata dengan terpilihnya Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode berturut-turut.
Ganjar mampu menarik atensi masyarakat dengan ciri khas yang dimilikinya. Dalam hal ini, media sosial berperan penting dalam proses komunikasi yang dilakukan Ganjar dengan terjadi interpretasi pesan politik yang menggambarkan Ganjar sebagai politikus yang memiliki elektabilitas kuat serta berkualitas, ditunjukkan dari berbagai tindakan serta implementasi dalam merespons berbagai aduan dan aspirasi masyarakat melalui media sosial.
-----
Penulis adalah Mahasiswa Magister (S-2) Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta