Banyuwangi (ANTARA) - Civitas akademika Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jawa Timur, meluncurkan buku berjudul "Banyuwangi Rebound, Imajinasi dan Langkah Awal Ipuk-Sugirah Memimpin Banyuwangi".
Buku "Banyuwangi Revound" yang diluncurkan di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, pada Jumat (26/2) ini mengupas tentang visi kepemimpinan dan kiprah selama satu tahun pertama kepemimpinan Bupati Ipuk Festiandani dan Wakil Bupati Sugirah.
"Pertama kali mendengar istilah Banyuwangi Rebound ini, saat mendengarkan pidato bupati pada pembukaan RPJMD tahun lalu. Dari situ, kami terbersit untuk menuliskannya menjadi buku apa yang dilakukan oleh pemimpin kita ini," kata Rektor Untag Banyuwangi Andang Subariyanto.
Buku Banyuwangi Rebound tersebut ditulis secara tim. Selain Andang Subahariyanto, juga melibatkan sejumlah dosen muda Untag Banyuwangi. Di antaranya, Sahru Romadloni, Demas Brian Wicaksono, Rohit Nurul Jamil, Kanthi Pangestuning Prapti dan Muttafaqur Rohmah.
Buku tersebut kemudian lahir menjelang satu tahun kepemimpinan Ipuk dan Sugirah. Dikemas secara ringan, buku tersebut mengupas detail program-program yang telah dilakukan selama ini. Mulai dari Bunga Desa, pemulihan ekonomi, pemberdayaan UMKM, hingga penanganan kesejahteraan mulai dari sektor pendidikan, kesehatan hingga sosial.
Buku yang terbagi dalam tiga bagian itu, juga mengupas program-program Banyuwangi dengan strategi mobilasi dan orkestrasi yang dikembangkan oleh Profesor Renald Kasali.
Pemkab Banyuwangi di bawah kepemimpinan Bupati Ipuk dinilai mampu melanjutkan keberhasilan bupati sebelumnya dalam memobilisasi potensi internal serta mengorkestrasi struktur eksternal.
Rektor Universitas Jember Dr. Iwan Taruna yang menjadi salah satu pembedah buku tersebut, menyebutkan bahwa buku Banyuwangi Rebound ini dapat menjadi bacaan penting untuk menghadapi pandemi yang berpengaruh ke banyak sektor.
"Banyuwangi Rebound ini mengandung optimisme untuk meraih peluang baru. Di dalam buku ini, dipaparkan bagaimana optimisme itu diraih," tuturnya.
Senada juga disampaikan oleh Samsudin Adlawi, budayawan dan penulis asal Banyuwangi yang didapuk juga menjadi pembahas buku tersebut.
"Rebound atau melompat ini, cocok untuk menggambarkan semangat yang harus dimiliki rakyat Banyuwangi. Khususnya, dalam menghadapi situasi demikian ini," ujar penulis buku "Bunga Desa Camping Embun" itu.
Sementara itu, Bupati Ipuk Fiestiandani yang hadir dalam peluncuran buku mengapresiasi langkah Untag Banyuwangi untuk turut berpartisipasi dalam menyukseskan Banyuwangi Rebound.
"Saya sangat berterima kasih dengan peluncuran buku ini. Ini bisa menjadi bahan literasi bagi masyarakat untuk bersama-sama rebound dalam membangun Banyuwangi," ujarnya.
Ipuk menjelaskan Banyuwangi Rebound tak sekadar tagline. Tapi, sebuah gerakan bersama untuk membawa Banyuwangi dapat melompat di tengah masa pandemi.
"Banyuwangi Rebound ini, bukan hanya milik pemda. Tapi, milik semua. Kita bergerak bersama untuk membawa Banyuwangi lebih melompat lagi dalam menghadapi tantangan," tuturnya.
Banyuwangi Rebound terdiri dari tiga pilar. Yakni, penanganan pandemi, pemulihan ekonomi, dan merajut harmoni. Dari tiga pilar ini harus dilandasi dengan pelayanan publik yang ekselen serta keterlibatan publik. Di landasan kedua inilah, kehadiran Untag Banyuwangi untuk siap menjadi Rebound Center sangat relevan.
Secara spesifik. Bupati Ipuk mengatakan, sejumlah capaian yang diraihnya selama satu tahun kepemimpinannya. Di antaranya adalah keberhasilan dalam menggalakkan vaksinasi, yang telah mencapai 92,25 persen dosis pertama dan 70 persen untuk dosis kedua.
Begitu pula dengan peningkatan ekonomi. Mulai dari pembangunan infrastruktur jalan yang mencapai 750 ruas dan irigasi sepanjang 145 kilometer, bantuan alat kepada 1786 UMKM, pendampingan pengurusan izin SPP-IRT kepada 800 UMKM dan NIB sebanyak 12.000 UMKM, dan sejumlah capaian lainnya.
"Tentu saja, ini masih banyak yang belum kami lakukan. Banyak rakyat Banyuwangi yang belum kami sentuh. Tapi, dengan gerak bersama, kami yakin semua akan dapat merasakan manfaatnya," kata Ipuk. (*)