Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, mengatakan pihaknya tengah fokus untuk mengevakuasi warga negaranya dari Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir, menyusul keputusan Presiden Joe Biden untuk menarik personel militer dari Afghanistan.
Wapres Harris, dalam pernyataannya di rangkaian kegiatan kunjungan di Singapura, yang dipantau dari Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa AS telah berperang di Afghanistan selama 20 tahun, di mana banyak anggota militer yang telah memberikan hidupnya di sana, begitu pula dengan para sekutu dan mitra.
Dia pun menjelaskan bahwa beberapa bulan lalu, Presiden Biden membuat keputusan yang “berani dan benar” untuk menarik tentaranya dari Afghanistan karena “tujuan AS di sana telah tercapai”.
“Dalam beberapa pekan terakhir, Amerika Serikat fokus untuk melakukan evakuasi atas warga negara AS secara aman, serta mitra internasional kami dan warga Afghanistan yang telah bekerja bersama kami, dan mereka yang berada di bawah risiko. Kami sangat fokus dengan tugas yang ada ini,” jelas Harris.
Saat ini, lanjutnya, tentara AS dan para staff Kedubes AS di Kabul terus menjalankan upaya evakuasi tersebut.
“Kami sangat berterima kasih kepada para anggota militer dan staf kedutaan yang berada di lapangan saat ini dan menjalankan evakuasi jalur udara yang bersejarah dalam situasi lingkungan yang sulit dan berbahaya,” demikian Harris.
Sebelumnya, dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dia mengatakan bahwa akan ada banyak waktu untuk menganalisa konteks atas penarikan tentara AS dari Afghanistan.
“Namun satu-satunya fokus kami sekarang adalah untuk mengevakuasi warga negara AS, warga Afghanistan yang telah bekerja dengan kami dan mereka yang rentan termasuk perempuan dan anak-anak,” kata Harris, dikutip dari laporan Reuters.
Presiden AS Joe Biden telah mendapatkan banyak kritik, baik di negaranya sendiri maupun di luar negeri, terkait langkahnya dalam menangani penarikan militer AS dari Afghanistan dan evakuasi yang berjalan kacau usai kekuasaan di negara itu direbut oleh Taliban. (*)