Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Festival Susur Sungai yang diselenggarakan rutin tiap bulan secara bergantian sebagai upaya untuk menjaga ekosistem sungai.
Kali ini, giat bersih-bersih aliran sungai digelar di Teluk Pangpang, Dusun Krajan, Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar. Festival ini diikuti puluhan warga dan warga menaiki perahu jarak sejauh 2 kilometer melewati hutan bakau.
"Kami bangga dengan upaya warga yang dengan guyub menjaga alamnya. Ini adalah aset yang harus bisa dinikmati anak cucu kita nanti. Kami sangat mengapresiasi upaya warga yang punya kesadaran tinggi untuk menjaga potensi yang dimilikinya, sehingga tetap lestari," kata Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Banyuwangi, Guntur Priambodo, Kamis.
Menurut ia, menjaga ekosistem sungai ini perlu dilakukan sebagai upaya menjaga kualitas air di bumi. Jika aktivitas manusia yang berada di sekitar aliran sungai tidak diimbangi dengan kesadaran melestarikan sungai, maka kualitas air akan buruk.
"Untuk itulah Pemkab Banyuwangi terus berupaya menjaga kualitas sungai di daerahnya dengan berbagai macam cara, salah satunya lewat Festival Susur Sungai. Masyarakat diajak untuk memperhatikan kawasan sungai dan sepanjang alirannya," ujarnya.
Guntur berharap, aliran air sungai itu tetap terjaga karena daerah tersebut potensial sebagai objek wisata sungai, di samping potensi lainnya seperti wisata hutan bakau dan wisata memancing.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi, Arief Setiawan mengatakan kegiatan bersih-bersih sungai juga dimaksudkan sebagai kegiatan konservasi sungai.
"Bicara konservasi tidak hanya menanam tanaman, tapi juga berurusan dengan aliran sungai dan pantai. Kami memberikan edukasi bagi rakyat bahwa sungai memiliki potensi, ekosistem, ada biota di dalamnya yang harus kita lindungi," ujarnya.
Kegiatan konservasi mangrove sudah dilakukan masyarakat setempat sejak 1999 secara swadaya. Dinas Perikanan mulai intervensi pada tahun 2000. Pada kurun waktu 2000-2004 telah ditanam 850 ribu mangrove berbagai jenis di lahan seluas 170 hektar. Kemudian pada 2004-2014, penanaman mangrove dilanjutkan dengan melibatkan berbagai lembaga seperti JICA, Universitas Brawijaya, Perhutani dan kelompok-kelompok masyarakat.
Di festival ini, juga ditampilkan beraneka produk home made potensi setempat yang dikelola kelompok pengelola dan pemasar (poklasar) Desa Wringinputih. Seperti kripik mangrove, teh dan sirup mangrove, dan juga ada produk olahan hasil perikanan air tawar. (*)