Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengatakan penarikan mendadak tim Merah Putih dari All England 2021 merupakan pelajaran berharga bagi cabang olahraga yang tengah bersiap mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo.
“Kami akan mengambil situasi ini jadi referensi karena masih banyak event kualifikasi yang berlangsung. Kami tidak mau kejadian ini terulang sehingga kami akan koordinasi dengan cabor dan CdM (ketua kontingan) Olimpiade Tokyo,”
“Kami akan berkoordinasi memastikan bahwa protokol kesehatan yang dijalankan untuk kualifikasi Olimpiade tidak merugikan tim Indonesia,” kata pria yang kerap disapa Okto itu dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Kamis.
Menurut Okto, kejadian tim Indonesia yang dipaksa mundur di tengah jalan itu memang tak bisa diganggu gugat. Alasannya jelas, sesuai regulasi pemerintah Inggris dalam penanganan pandemi COVID-19, setiap orang yang berada dalam satu pesawat yang sama dengan orang yang positif maka diharuskan menjalani isolasi selama 10 hari.
Yang menjadi poin penting bagi KOI adalah kegagalan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dalam mempersiapkan rencana alternatif dalam penanganan darurat sehingga tidak berakhir merugikan tim Indonesia.
Panitia penyelenggara pun menurutnya seharusnya bisa menerapkan dan menyesuaikan pedoman dan aturan dari Pemerintah Inggris tersebut dalam mempersiapkan turnamen.
Oleh karena itu, dia mengatakan akan mempelajari bagaimana aturan dan regulasi protokol COVID-19 di setiap negara penyelenggara kualifikasi Olimpiade Tokyo sehingga jika kejadian serupa terulang, tak akan merugikan Indonesia.
“Ini akan menjadi referensi yang akan kami bawa sampai ke Olimpiade Tokyo karena kebijakan regulasi di tengah COVID-19 tentu banyak yang harus kita adaptasi dan pelajari dengan baik,” ujarnya.
Meski keputusan penarikan tim Indonesia dari All England 2021 sudah final, KOI dan sejumlah pihak akan terus memperjuangkan keadilan atas perlakuan yang diterima skuad Indonesia.
All England 2021 memang tidak masuk poin perhitungan Olimpiade, tetapi kejadian kali ini, lanjut Okto, akan menjadi tekanan tersendiri bagi atlet. (*)