Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur belum mengizinkan SMA/SMK di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo menggelar kegiatan pembelajaran tatap muka karena masih tingginya kasus COVID-19 di kedua wilayah tersebut.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Surabaya dan Sidoarjo Lutfi Isa Anshori dikonfirmasi di Surabaya, Senin, mengatakan bahwa berdasarkan perkembangan data dari peta sebaran COVID-19 di Jawa Timur, Surabaya dan Sidoarjo masih belum bisa menggelar pembelajaran tatap muka karena masih zona merah.
"Surabaya belum bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka. Untuk Sidoarjo juga sama, masih belum bisa. Tapi, persiapan dan simulasi tetap dilaksanakan di sekolah-sekolah," katanya.
Kesiapan yang dimaksud Lutfi, sapaan akrabnya, mulai sarana prasarana seperti tempat wastafel yang harus disesuaikan dengan rasio siswa. Selanjutnya kantin sekolah harus dikontrol bagaimana pelayananannya, dan penyediaan masker cadangan.
Kedua, perampingan jam mengajar dan materi pembelajaran, serta terakhir adalah jumlah siswa yang terbatas.
"Sesuai dengan instruksi kepala dinas pendidikan, sekolah tetap diminta untuk menyiapkan sarana prasarana, untuk persiapan sewaktu-waktu jika sudah memenuhi syarat dilaksanakannya pembelajaran tatap muka," ujarnya.
Lutfi juga meminta kepala sekolah bersama komite terus melakukan sosialisasi terkiat pembelajaran tatap muka terbatas kepada orang tua dan siswa.
"Sembari kita menunggu perkembangan kategori zona, sekolah tetap melaksanakan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh dengan mempertimbangkan efektivitas pembelajaran dan ketercapaian kurikulum," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 6 Surabaya Bahrun mengatakan pihaknya telah mendapat surat edaran (SE) dari Cabang Dinas Pendidikan Jatim terkait belum diizinkannya pembelajaran tatap muka.
Kendati begitu, dari simulasi yang dilakukan pihaknya pada pekan lalu, Badrun mengaku sudah mempunyai pengalaman ketika pembelajaran tatap muka diizinkan untuk dibuka.
"Bagaimana menangani siswa, ketika masuk harus bagaimana. Ini kita sudah tahu dari evaluasi yang kita lakukan selama empat hari itu," katanya.