Jakarta (ANTARA) - Pertandingan Liga Italia Serie A antara Juventus vs Inter Milan di Stadion Allianz pada Senin, 9 Maret lalu seharusnya bisa menjadi tontonan yang menggembirakan. Maklum, Inter Milan tengah berjuang keras untuk menyalip posisi Juventus dan Lazio di dua besar klasemen sementara.
Namun, momen yang seharusnya disambut dengan gegap gembita dan sorak sorai penonton itu justru menjelma kehampaan dan kekosongan, sebab tribun penonton tak terisi dan selebrasi kemenangan Juventus hanya bisa dilakukan melalui layar kaca atau gawai para penggemarnya.
Di benua yang lain, Australia, antusiasme para penggemar yang berkerumun di depan pintu masuk Sirkuit Albert Park, Melbourne, menantikan seri pembuka Formula 1 berganti cemas.
Pun demikian dengan para pebalap Formula 1 yang sudah tak sabar memacu tunggangan baru mereka di kompetisi musim ini. Mobil dan helm-helm dengan sentuhan livery warna-warni yang seharusnya dipakai seketika berganti menjadi masker-masker medis usai salah satu anggota tim McLaren dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.
Di Jepang, tepatnya di hadapan Stasiun Tokyo, orang-orang setempat mulai melupakan keberadaan jam raksasa hitung mundur Olimpiade 2020 Tokyo yang sempat populer.
Namun, pada 25 Maret kerumunan pejalan kaki kembali mengitari tengara itu demi mengabadikan momen gugurnya tugas jam itu lantaran Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan panitia pelaksana Olimpiade Tokyo sepakat menunda pesta olahraga empat tahunan itu ke tahun 2021 karena kekhawatiran penularan virus corona tak kunjung mereda.
Angka 122 hari terakhir kali terpampang di sana disertai jam, menit dan detik yang tersisa hingga pesta pembukaan Olimpiade Tokyo 2020. Jam itu tak lagi istimewa, kini hanya berfungsi laiknya kalender dan jam pada umumnya.
Jari-jari kita dari tangan hingga kaki tak akan cukup menghitung berapa banyak jadwal kompetisi olahraga yang direcoki oleh virus corona yang sudah menjadi pandemi global. Liga Inggris, La Liga, Bundesliga, Ligue 1, Eredivisie, Liga Champions, Liga Europa, Euro 2020, Copa America, NBA, MotoGP, Piala Thomas & Uber dan seluruh ajang kualifikasi Olimpiade adalah sebagian saja yang terdampak.
Bencana ini telah membuat seluruh kompetisi olahraga seakan berhibernasi, membuat orang kebanyakan kehilangan pelariannya.
Halaman selanjutnya: Para penggemar olahraga Kekosongan
Para penggemar olahraga, termasuk sepak bola, jelas merasakan ada yang kosong kala mereka tidak bisa melihat idola maupun klub kesayangannya berlaga dalam waktu dekat ini.
Itu berarti tidak akan ada lagi live score. Tak akan ada lagi tayangan sepak bola di televisi. Tidak akan ada lagi tagar-tagar seperti #OleOut ataupun #LiVARpool menjadi trending topic di media sosial, tidak juga pembahasan sepak bola yang selalu menjadi obrolan seru, terkadang sengit, di setiap tongkrongan maupun perkantoran.
Semua klasemen liga terhenti seketika gara-gara corona. Nasib Liverpool pemimpin klasemen sementara dengan 82 poin untuk segera mengakhiri dahaga gelar juara Liga Inggris tiga dasawarsa pun belum jelas.
Demikian juga nasib Manchester United yang baru kedatangan juru selamat bernama Diego Fernandes. Seorang penggemar Manchester United mengungkapkan betapa ia amat merindukan momen-momen saat ia masih bisa menonton pertandingan sepak bola.
"Kangen nonton bola," aku Rahmatul Fajri seorang pekerja swasta di Jakarta.
"Kadang gue nonton tayangan ulangnya," ujarnya melanjutkan.
Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang penggemar NBA. Sejak NBA ditangguhkan sekira dua pekan lalu, ia sudah tidak bisa lagi melihat aksi idolanya di layar kaca.
"Gue udah mulai kangen lihat klub kesayangan gue, Houston Rockets main. Kangen liat aksinya Russell Westbrook sama James Harden," kata Krisna Daneshwara, yang juga berprofesi sebagai jurnalis olahraga itu.
Kekosongan yang sama dirasakan oleh media sepak bola di Eropa. Mereka harus memutar otak agar bisa tetap memberikan hiburan dan sajian olahraga kepada para penggemar di tengah absennya pertandingan yang banyak ditunda akibat pandemi virus corona.
Segala cara dilakukan mulai dari menayangkan perdebatan sengit para pandit, laporan pertandingan secara terperinci, hingga menayangkan ulang pertandingan sepak bola, yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Halaman selanjutnya: Di Inggris, legenda Tottenham... Di Inggris, legenda Tottenham, Barcelona, dan timnas Inggris, Gary Lineker, rela menjadikan rumahnya sebagai tempat syuting sebuah acara program Match of the Day bersama tamunya, Alan Shearer dan Ian Wright.
Pada acara tersebut, Lineker, Shearer, dan Wright memperdebatkan kapten terhebat sepanjang masa Liga Inggris. Sebuah topik yang mau tidak mau harus ditemukan ketika tajuk berita tak jauh dengan terma corona.
Di Italia yang menjadi negara di dunia paling terdampak paparan virus corona, stasiun televisi mereka difokuskan untuk meningkatkan rasa nasionalisme melalui sepak bola.
Sky Sports, misalnya menyiarkan pertandingan timnas Italia saat menang di Piala Dunia 2006. Ada juga acara khusus menayangkan para pelatih Italia yang mencatatkan prestasi di Inggris.
Ada Claudio Ranieri, pelatih yang membawa gelar Liga Inggris bagi Leicester City, Roberto Mancini yang memenangi gelar untuk Manchester City, serta Carlo Ancelotti yang pernah membawa Chelsea juara Liga Inggris dua kali.
Kemudian di Prancis, sebagian besar porsi pemberitaan olahraga diisi dengan laga-laga akbar antara Marseille vs PSG, yang musim ini harus ditunda akibat virus corona. Ketika yang seharusnya disiarkan tidak berlangsung, televisi mengajak orang-orang terjebak nostalgia pertandingan Le Classique sedekade terakhir.
Pun demikian dengan saluran televisi Sky Jerman memutuskan untuk mengisi tayangan akhir pekan dengan menayangkan ulang kompilasi gol-gol spektakuler Bundesliga. Sedangkan layanan streaming DAZN memilih untuk menayangkan seluruh laga final Liga Champions mulai dari 1992 hingga 2019.
Sementara itu, MotoGP mengakali kekosongan kompetisi musim 2020 dengan menyajikan ajang balapan virtual untuk mengobati kerinduan para penggemar.
Walhasil, Alex Marquez yang di dunia nyata belum bisa mengalahkan sang kakak, Marc, akhirnya memenuhi mimpi kecilnya lewat kelihaian jari-jarinya mengendalikan joystick PlayStation dan keluar sebagai pemenang balapan pertama kompetisi yang bertajuk #StayAtHomeGP itu.
Selain menggelar balapan virtual, MotoGP juga akan menayangkan sesi wawancara dan video dokumenter para juara dunia seperti Marc Marquez, Jorge Lorenzo hingga Casey Stoner di laman resmi MotoGP.
Menghadapi corona, olahragawan dan penggemarnya setara. Diliputi kekosongan. Dihinggapi pertanyaan kapan mereka bisa kembali merumput, melantai, mengaspal dan merasakan lagi emosi yang membuncah dari sebuah kompetisi.
Halaman selanjutnya: Di tengah ketidakjelasan Pelarian baru
Di tengah ketidakjelasan kapan kompetisi dilanjutkan, gelandang Juventus Sami Khedira memilih mengisi waktu liburnya dengan belajar bermain piano, klub-klub La Liga beralih bermain sepak bola di PlayStation, dan pemain Atalanta Robin Gosens justru disibukkan dengan revisi ujian psikologi.
Pemain Tottenham Hotspur Son Heung-min yang masih memulihkan diri dari cedera lengan, bahkan memutuskan untuk pulang kampung akibat Liga Inggris masih ditangguhkan. Begitu pun dilakukan oleh rekannya, Steven Bergwijn yang sudah tiba di Belanda menyambut kelahiran anaknya.
Di Jerman, Bayern Muenchen berinisiatif mengadakan sesi latihan secara virtual demi menjaga kebugaran para pemain.
Di Prancis, Lyon meminta para pemainnya untuk beristirahat hingga 24 Maret, sementara di Spanyol, Atletico Madrid telah melakukan pertemuan melalui video bersama dengan pelatih untuk memperdalam pesan-pesan utama menghadapi pandemi COVID-19.
Bagi kiper AC Milan Asmir Begovic, meskipun dirinya bisa berkumpul bersama keluarga, kondisi ini dinilai membosankan.
"Bagi mereka yang menganggap sepak bola adalah cara bertahan hidup, kondisi ini jelas membosankan. Sangat aneh tidak bisa berlatih," kata Begovic seperti dikutip AFP.
"Anda bisa saja melakukan hal-hal lain, tapi hanya ada serial dan film-film di Netflix yang bisa ditonton," tambahnya.
Megabintang Barcelona Lionel Messi menghabiskan waktunya di rumah bersama anak-anaknya. Ia juga mengajak agar semua orang tetap tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas.
"Kesehatan adalah yang utama. Sekarang adalah momen paling penting dan kalian harus mengikuti instruksi otoritas kesehatan. Hanya dengan cara ini kita bisa memeranginya secara efektif," kata Messi dalam unggahannya di Instagram.
"Sekarang saatnya untuk bertanggung jawab dan diam di rumah. Ini juga kesempatan sempurna untuk menikmati waktu bersama orang-orang terdekat Anda."
Pemain Juventus Cristiano Ronaldo juga memilih pulang ke kampung halamannya di Madeira dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Halaman selanjutnya: Kiper Real Madrid... Kiper Real Madrid Thibaut Courtois memilih untuk menyibukkan diri dengan menonton Netflix.
"Sangat membosankan. Saya mungkin melakukan hal yang sama dengan kebanyakan orang. Menonton Netflix, menonton televisi, membaca hal-hal aneh, apapun untuk menghabiskan waktu," katanya.
"Saya menikmati film-film lama. Saya nonton ulang The Office untuk ke-100 kalinya. Entourage, malam tadi saya juga nonton Castaway bersama istri, beberapa film Star Wars dan masih banyak lagi," ujar Courtois lagi.
Wabah virus corona memang telah membuat jadwal-jadwal kompetisi olahraga kacau. Tentu saja pada suatu hari saat pandemi ini berakhir, pertandingan dan kompetisi olahraga akan hadir kembali mengisi hari-hari.
Ketika itu terjadi, semua tersadar betapa mendambanya kita akan segala keriaan yang telah olahraga bawa dalam hidup. (*)
Corona menyadarkan betapa kita mendamba keriaan olahraga
Senin, 30 Maret 2020 7:44 WIB