Jakarta (ANTARA) - PT Barata Indonesia (Persero) mengharapkan investasi asing yang masuk ke dalam negeri tidak dalam bentuk paket secara utuh, agar memberi kesempatan kepada industri manufaktur nasional ikut berkembang.
"Banyak investasi yang dilakukan di Indonesia sejak 2000 selalu dalam bentuk paket. Peralatan mesin dan lainnya datang secara utuh. Ke depan diharapkan kalau ada investasi ke Indonesia, produksi peralatan dan perlengkapan dari Indonesia saja," ujar Direktur Utama PT Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno dalam acara "Ngopi BUMN" di Jakarta, Jumat.
Ia menilai sektor manufaktur perlu kebijakan dan pengawasan yang ketat sehingga tingkat komponen dalam negeri (TKDN) meningkat di semua proyek-proyek strategis nasional.
"Terdapat beberapa cara dalam menjaga ekosistem yang saling bersinergi untuk industri manufaktur, ialah perlunya pemerintah mengawasi pemanfaatan industri manufaktur dalam negeri dalam setiap pembangunan investasi serta mendorong tumbuhnya ekspor melalui insentif fiskal dan moneter," katanya.
Dengan begitu, menurut dia, sektor manufaktur dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan menciptakan lapangan kerja.
Dalam rangka menjaga ekosistem keberlanjutan industri manufaktur sebagai penggerak ekonomi nasional, Fajar Harry Sampurno menyampaikan Kementerian BUMN telah mendorong dibentuknya klaster manufaktur di bidang industri berat dan perkapalan.
Ia mengemukakan perusahaan BUMN yang tergabung dalam klaster manufaktur, yakni PT Barata Indonesia sebagai koordinator, PT Boma Bisma Indra (BBI), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS), PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (DKB), PT Industri Kereta Api (INKA), dan PT Industri Kapal Indonesia (IKI).
"Barata dan kawan-kawan bisa meningkatkan manufaktur dan mem-provide (menyediakan) barang untuk substitusi impor," ucapnya.
Klaster manufaktur, lanjut dia, juga dapat berperan dalam menyatukan sumber daya supaya tidak terjadi duplikasi melalui inovasi, efisiensi, dan produktivitas sehingga peran industri dalam negeri dapat berjalan optimal dan berdaya saing. (*)