Kediri (ANTARA) - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar memerintahkan agar lokasi pembuangan limbah di Kelurahan Blabak, Kota Kediri, ditutup dengan terpal dan tanah, demi mencegah bau menyengat.
"Kami putuskan dalam jangka waktu terdekat kami tutup dengan terpal dan tanah. Ini untuk sementara, jangka pendek, supaya ketika terkena air tidak mengeluarkan amonia dan asap," katanya saat meninjau lokasi pembuangan limbah di Lingkungan Bulurejo, Kelurahan Blabak, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Rabu.
Baca juga: Pemkot Kediri tangani aduan pembuangan limbah kertas
Ia mengatakan, pemkot sudah melaporkan temuan ini ke kementerian serta dinas terkait di Provinsi Jawa Timur. Limbah tersebut baunya menyengat dan dikhawatirkan mengganggu warga.
Pihaknya belum bisa memastikan kandungan di limbah tersebut sebab saat ini masih dalam tahap uji laboratorium. Untuk hasilnya, paling cepat 15 hari bisa diketahui, sehingga bisa dipastikan kandungan di limbah tersebut serta tingkat bahayanya.
Wali Kota juga mengatakan, dari laporan yang diterimanya ada 10 titik di Lingkungan Pagut dan Bulurejo, Kelurahan Blabak, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri ditemukan laporan lokasi pembuangan limbah.
Baca juga: Polisi selidiki dugaan buangan limbah beracun di Tulungagung
Pemkot juga akan melakukan pengecekan terhadap air tanah, sehingga bisa diketahui apakah sisa limbah itu berpengaruh pada air tanah atau belum.
Pihaknya juga sudah memberikan imbauan pada warga bahwa tidak diperbolehkan menguruk tanah yang dikeruk itu dengan limbah melainkan harus dengan tanah lagi atau tanah yang bercampur batu.
"Kalau laporan warga yang menderita sakit masih lesan. Yang jelas, saya akan sosialisasikan bahwa ini tidak boleh. Kalau uruk harus dengan tanah atau tanah campur batu," kata Wali Kota.
Sementara itu, Jayeng Tri Wahyudi, salah seorang pemilik lahan yang tanah miliknya diuruk dengan limbah mengaku ia ditawari limbah dan diminta membayar per rit Rp25 ribu. Ia rencananya akan dikirimi 50 rit limbah tersebut.
"Itu mulai pertengahan September dan harusnya selesai pengiriman pada 15 Desember. Ini sudah 40 rit yang dikirim dari 50 rit. Saya memberi uang dan harga per rit nya Rp25 ribu," kata Tri.
Ia mengaku tanah itu untuk menguruk karena sebelumnya tanah dikeruk dan dibuat batu bata. Dirinya tergiur dengan harga murah sehingga mau menerima tawaran limbah tersebut. Selain itu, dirinya berharap nantinya setelah diuruk tanah itu bisa menjadi jalan tembus, untuk memudahkan ke jalan besar.
Di lokasi tempat urukan limbah itu kini sudah dipasang garis polisi. Bau menyengat juga tercium bahkan membuat pusing. Warga mengeluhkan mata pedih jika terkena asap dari limbah. Di lokasi itu mengeluarkan semacam asap saat terkena air hujan.
Selain itu, tanah di sekitar lokasi juga menjadi tandus. Tidak nampak tanaman yang hidup, padahal tanah di sebelahnya yang belum diuruk dengan limbah itu sangat subur. Terlihat banyak rumput serta tanaman sayur tumbuh baik.
Begitu juga dengan di sekitar pohon sengon. Beberapa dahan pohon yang di bawahnya terdapat timbunan limbah mendadak kering. Bau menyengat juga tercium bahkan hingga beberapa meter dari lokasi.