Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, di Surabaya, Kamis, mengatakan pihaknya saat ini menyiapkan segala keperluan sebelum museum itu resmi dibuka, salah satunya penyusunan narasi untuk barang bersejarah sesuai dengan historinya masing-masing.
"Nanti akan diisi oleh sekitar 800 koleksi, penataannya kami bikin storyline dan ditata sesuai kategori. Kita bikinkan mulai pendidikan pra sejarah, zaman kerajaan, hingga pendidikan masa kini," ujarnya.
Ia menjelaskan barang-barang itu nantinya akan dipajang berdasarkan klasifikasi di setiap periode perkembangan pendidikan. Menariknya, kata dia, ada koleksi pra-aksara dimana masyarakatnya belum mengenal tulisan, sampai bagaimana orang tua mengajarkan pendidikan kepada anak-anaknya zaman itu dengan lengkap.
"Jadi, bagaimana pada waktu itu orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya juga sudah ada," katanya.
Tidak hanya itu, Antiek merinci aneka ragam koleksi yang berhasil dikumpulkan, di antaranya pendidikan pada masa kerajaan, mulai dari pengenalan sejarah pendidikan masa klasik, mengenalkan huruf jawa, kemudian sebuah padepokan pendidikan berbasis agama dan pendidikan di masa kolonial.
"Nah, kolonial ini juga dibagi, ada kolonial zaman Belanda dan Jepang. Jadi, ada beberapa koleksi dokumen yang ada pada saat itu, termasuk alat tulisnya," katanya.
Selain itu, koleksi masa perjuangan pahlawan sekaligus Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara juga sudah siap dipamerkan. Bahkan, di museum itu, ada juga infografis yang menceritakan perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia.
"Lalu benda bersejarah lainnya seperti meja kelas yang ada lubang tintanya, papan tulis kaki, dan bangku. Kami juga mencoba merekonstruksikan tentang pendidikan propaganda Jepang," ujarnya.
Uniknya lagi, di museum itu akan ada peragaan suasana kelas tempo dulu. Bahkan, nanti juga akan menampilkan alat pendukungnya, seperti buku kurikulum SD–SMA, lampu teplok, lampu petromak, lilin, dan sarana papan tulis.
"Termasuk properti gurunya, kita juga cari topi guru sampai sepeda guru zaman dahulu," kata dia.
Antiek menambahkan, di museum Pendidikan itu nantinya akan ada kurikulum tahun 1970-an, dimana dalam kurikulum itu, juga dibangunkan sebuah monumen yang merupakan gambaran dari salah satu kurikulum yang digunakan untuk melatih membaca anak-anak.
"Mengeja kata demi kata seperti ini Budi, Budi bermain bola. Kami buatkan juga monumen yang bisa dipakai untuk pembelajaran," kata Antiek.
Selain itu, ada pula dokumen-dokumen bersejarah lainnya seperti manuskrip kuno, lontar, huruf jawa, selebaran tulisan hiragana. "Semua itu Insyallah sudah siap. Kami juga ada rapot-rapot lama," katanya.
Antiek mengaku semua benda-benda itu berhasil dikumpulkan dari berbagai pihak seperti komunitas, lembaga lain dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.
Di samping itu, ia memastikan di tempat itu akan disediakan ruang interaktif bagi setiap pengunjung.
Untuk itu, ia memastikan eks Taman Siswa yang dipersiapkan untuk menjadi Museum Pendidikan itu masih terus diperbaiki. Bahkan, setiap hari Antiek mengaku terus memantau progres perbaikan gedung tersebut.
"Target saya tanggal 22-24 Oktober ini, saya sudah bisa memasukkan semua koleksi untuk dipindahkan ke sana,” kata Antiek.