Tulungagung (ANTARA) - Perum Perhutani mengakui cukup kesulitan mengawasi seluruh kawasan hutan dari potensi terjadinya kebakaran maupun pembalakan akibat minimnya jumlah sumber daya manusia dibanding luas lahan yang menjadi tanggung jawabnya.
Asper Perhutani atau Kepala Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Perhutani Tulungagung KPH Kediri Appanuddin, Senin, mengungkapkan bahwa satu mantri hutan saat ini harus mengawasi 400 hektare lahan hutan.
Hal ini terlihat dari total lahan hutan di wilayah Kecamatan Pagerwojo, Sendang dan Gondang yang memiliki luas lebih dari 16 ribu hektare, namun hanya dijaga 40 tenaga polhut dan mantri.
Ke-40 penjaga hutan itu terbagi dalam lima resort pemangku hutan, yang masing-masing dipimpin oleh satu mandor dan beranggotakan tujuh Mantri Hutan.
"Jumlah tenaga penjaganya belum ideal," kata Appanudin.
Memang kontrol maupun adminiatrasi secara umum masih bisa dilakukan. Namun jika sudah merambah hal-hal yang bersifat spesifik, insidental dan sporadis, petugas penjaga hutan terlihat kewalahan.
Contoh kasus yang akhir-akhir ini kerap dirasakan adalah peristiwa kebakaran hutan yang melanda beberapa titik wilayah di lereng pegunungan Gondang yang cenderung kering. Kebakaran hutan lebih dikarenakan unsur kesengajaan. Dari data yang dimilikinya, luas hutan yang terbakar seluas 5 hektare.
Biasanya pembakaran dilakukan oleh masyarakat pencari rumput, yang menginginkan rumput lebih subur saat musim hujan tiba. Pihaknya sudah melakukan pencegahan dengan memberikan sosialisasi bahaya kebakaran hutan kepada masyarakat.
Dari data yang dimiliki oleh Damkar Tulungagung, hingga saat ini sudah terjadi empat kebakaran hutan di wilayah Gondang. Kebakaran tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu. Totals sudah ada 55 kebakaran sepanjang tahun hingga bulan Oktober.
"Total ada 55 kebakaran, lima di antaranya di hutan wilayah Gondang," ujar Kabid Damkar Tulungagung, Rakidi.
Adapun rincian hutan yang terbakar khusus wilayah Gondang adalah Hutan Rakyat Sidomulyo, hutan Mojoarum, hutan Notorejo dan hutan Sidem (terbakar berbarwngan dengan kebakaran yagg kedua).
Untuk hutan Sidomulyo dikarenakan membersihkan kuburan dengan cara dibakar dan merembet ke hutan rakyat.
Kondisi ini sebabkan Perhutani sulit awasi potensi kebakaran hutan
Senin, 7 Oktober 2019 18:27 WIB