Surabaya (ANTARA) - Sejumlah ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Kota Surabaya, Jatim, akan menyerahkan duplikat lambang NU Pertama di acara Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU yang digelar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu.
"Tadi malam (26/2) rombongan delegasi NU Surabaya berangkat ke Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU 2019," kata Sekretaris PCNU Kota Surabaya, Mohammad Hamza.
Selain menyerahkan duplikat lambang NU pertama yang dibuat oleh Almarhum K.H. Ridwan Abdullah, lanjut dia, para ulama dan pengurus NU Kota Surabaya juga membawa aspirasi untuk konsolidasi NU dalam Munas dan Konbes 2019 tersebut.
"Duplikat lambang NU ini diserahkan agar warga NU di seluruh Indonesia mengetahui bentuk lambang asli yang dibuat oleh K.H. Riwan Abdullah saat NU dilahirkan di Surabaya," ujarnya.
Menurut dia, rombongan dan delegasi NU Kota Surabaya yang berangkat ke Munas dan Konbes NU 2019 di Jawa Barat sebanyak 40 orang yang terdiri para pengurus Syuriah dan Tanfidziyah NU Kota Surabaya. Keberangkatan langsung dipimpin oleh Ketua Syuria PCNU Surabaya K.H. Mas Sulaiman dan Ketua Tanfidziyah PCNU Surabaya, K.H. Muhibbin Zuhri.
"Tujuan kami ke Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 semata-mata bertujuan memperkuat wathoniyah dan untuk kedaulatan rakyat," katanya.
Sesuai jadwal Presiden RI Joko Widodo akan membuka secara resmi Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama yang digelar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat pada Rabu ini hingga Jumat (1/3). Sedangkan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dijadwalkan menutup kegiatan tersebut.
Munas-Konbes NU bakal diikuti perwakilan Pengurus Wilayah NU (PWNU) dari 34 provinsi, lembaga dan badan otonom NU di tingkat pusat, serta para kiai dari berbagai pesantren. Selain itu juga akan dihadiri dihadiri para tokoh NU dan belasan ribu Nahdliyin.
Kegiatan tersebut akan membahas beragam persoalan keumatan mulai sampah plastik, pajak perusahaan daring, kekerasan seksual, perusahaan air dalam kemasan yang menyebabkan kekeringan, hingga konsep Islam Nusantara. (*)