Ngawi (Antaranews Jatim) - BPBD Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menyatakan sejumah desa di wilayah setempat tercatat masih mengalami krisis air bersih jelang akhir musim kemarau tahun ini.
Kepala Pelaksana BPBD Ngawi, Eko Heru Tjahjono di Ngawi, Senin, mengatakan sesuai hasil laporan dan pantauan petugas di lapangan, kekeringan terparah terjadi di daerah perbukitan Ngawi bagian utara, seperti Kecamatan Bringin dan Pitu.
Guna menanggulangi kekeringan tersebut, BPBD Ngawi bekerja sama dengan BPBD Provinsi Jawa Timur telah melakukan pengiriman bantuan air secara bertahap. Namun demikian, ia mengakui jika pengiriman air bersih tersebut belum maksimal karena keterbatasan anggaran.
"Saya berharap warga di desa krisis air untuk bersabar menunggu jatah pengiriman bantuan air. BPBD terus berupaya agar desa yang masuk kategori kering kritis mendapat bantuan air," ujar Eko Heru kepada wartawan.
Sesuai pemetaan BPBD Ngawi, ada 45 desa di Kabupaten Ngawi yang kesulitan air bersih saat musim kemarau tahun ini berlangsung. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 desa di antaranya dinyatakan krisis air bersih atau kering kritis. Sedangkan 10 desa sisanya hanya kesulitan air bersih, namun belum sampai kritis.
Adapun 30 desa yang masuk kategori kering kritis tersebut terdapat di delapan wilayah kecamatan. Yakni, Kecamatan Ngawi terdapat dua desa, Kecamatan Pitu ada lima desa, kemudian, Kecamatan Kedunggalar sebanyak dua desa, Kecamatan Karanganyar delapan desa, Kecamatan Bringin tujuh desa, Kecamatan Karangjati tiga desa, Kecamatan Kasreman dua desa, dan Kecamatan Padas satu desa.
Sementara, kondisi kering kritis di antaranya terjadi di Dusun Bowan Timur, Desa Sumber Bening, Kecamatan Bringin. Warga mengaku kekeringan di wilayahnya telah terjadi sejak lima bulan lalu.
"Sumur-sumur warga sudah kering. Daerah sini juga belum mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah," kata salah satu warga desa setempat, Darmanto.
Guna memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa mencari sumber air alternatif yang berada di dalam hutan dan perbukitan.
Kondisi tersebut selalu terjadi setiap musim kemarau berlangsung. Sebagai solusi jangka pendek atas kondisi tersebut, warga hanya bisa berharap bantuan air bersih dari pemerintah. (*)