Jember (Antaranews Jatim) - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Jember Jumantoro mengatakan peringatan Hari Tani Nasional merupakan momentum untuk menghentikan impor bahan pangan demi mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
"Kran impor pangan setiap tahun selalu dibuka, bahkan pemerintah selalu mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di negara yang kaya akan sumber daya alam dan dikenal dengan negara agraris ini," kata Jumantoro di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin.
Menurutnya dengan momentum Hari Tani Nasional ke-58 maka semua pihak harus mendukung untuk mewujudkan kedaulatan pangan dengan menghentikan impor pangan menuju perbaikan ekonomi petani berbasis kearifan lokal.
"Selain itu, juga diharapkan adanya kedaulatan benih, ketersediaan pupuk yang cukup dan menuju kemandirian petani Indonesia yang sejahtera, sehingga pemerintah juga diharapkan membuat kebijakan yang berpihak kepada petani," tuturnya.
Ia mengatakan Indonesia digadang-gadang sebagai negara agraris dan maritim, serta memiliki sumber daya alam yang luar biasa, namun belum dapat dikelola dengan baik yang berdampak pada masih banyaknya bahan pangan yang diimpor.
"Peningkatan produksi pangan secara berkelanjutan sangat diperlukan dengan menyediakan sarana produksi pertanian dan kebijakan yang berpihak kepada petani juga harus mendapat perhatian untuk mewujudkan kedaulatan pangan," katanya.
Jumantoro berharap peningkatan produksi padi di dalam negeri harus dilakukan secara masif dan pemerintah harus melakukan kebijakan yang berpihak kepada petani, sehingga tidak ada lagi daerah yang rawan pangan di Indonesia.
"Impor bukan solusi yang tepat untuk mengendalikan harga komoditas pangan karena selama ini kenaikan harga selalu ditindaklanjuti dengan kebijakan impor, sehingga hal itu sangat merugikan petani, apalagi impor pangan biasanya berbarengan menjelang panen raya," tuturnya.
Selain itu, lanjut dia, petani juga diharapkan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) untuk menjadi petani zaman now, sehingga mampu mengolah produksi pertanian dari hulu ke hilir dengan mengolah bahan pangan, agar memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
"Petani zaman now harus kreatif, inovatif, mandiri, dan tidak gagap teknologi karena saat ini pasar bisa diakses menggunakan internet, sehingga informasi apapun tidak ketinggalan terkait dengan isu di sektor pertanian," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat nilai impor barang konsumsi sepanjang Januari-Juni 2018 mencapai 8,18 miliar dolar AS, naik 21,64 persen secara "year on year" (yoy) dan komoditas pangan menjadi penyumbang terbesar kenaikan impor barang konsumsi tersebut.
BPS juga mencatat bahwa beras, gula, biji gandum dan meslin, serta garam adalah komoditas dengan volume impor terbesar sepanjang semester I/2018. Dari sisi nilai, penyumbang impor terbesar adalah beras, gula, kedelai, biji gandum dan meslin.(*)